LOLU SELATAN, MERCUSUAR- Memasuki Dua tahun pascabencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda beberapa wilayah di Sulawesi Tengah, sampai saat ini Palang Merah Indonesia (PMI) bersama International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies atau Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) masih terus eksis membantu masyarakat terdampak bencana di wilayah Palu, Sigi, donggala, dan Parigi mautong (Padagimo).
Bencana yang terjadi pada 28 September 2018 silam, menyebabkan lebih dari 4.100 korban jiwa dan ada sekitar kurang lebih 110.000 rumah rusak dan hancur. Relawan PMI yang berada di wilayah Sulawesi Tengah merupakan kelompok pertama yang melakukan respon kemanusiaan pada saat itu, dibantu oleh personil relawan PMI dari seluruh Indonesia dengan ikut terlibat langsung dalam upaya pemulihan serta dukungan dari IFRC selama dua tahun terakhir memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak terlebih sekarang sedang dalam masa pandemic Covid-19.
Pada masa respon bencana, PMI bersama IFRC telah menjalankan program dalam berbagai jenis bantuan seperti pelayanan Kesehatan darurat kepada 17.600 orang, distribusi air bersih kurang lebih 22 juta liter kepada lebih dari 70.000 orang penyintas, kegiatan promosi kesehatan dan dukungan psikososial kepada 14.000 orang untuk membantu para penyintas agar cepat pulih dari trauma, serta masih banyak program bantuan lainnya yang telah mereka berikan kepada para korban terdampak.
Dimasa sekarang PMI bersama IFRC telah memberikan bantuan dalam bentuk tunai kepada lebih dari 10.000 kepala keluarga diwilayah PADAGIMO dengan nilai rupiah mencapai lebih dari 64 milyar. Serta ikut terlibat dalam penanganan covid-19 dengan melakukan sosialisasi kemasyarakat mengenai pencegahan covid-19 dan penyemprotan disinfektan.
Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia Sudirman Said, menjelaskan, selama dua tahun terakhir, PMI bersama IFRC masih tetap hadir ditengah masyarakat dan telah menjalankan beberapa program respon bencana sulteng dan membantu para penyintas mulai dari masa tanggap darurat, transisi, pemulihan, hingga pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi seperti saat ini dan ditambah dengan program pencegahan Covid-19.
Lebih lanjut, ia mengatakan, dimasa sekarang, program PMI juga harus menyesuaikan dengan kondisi pandemi enam bulan terakhir agar bisa melindungi masyarakat dari paparan Covid-19, sambil memperluas lingkup untuk mendukung para menyintas yang terkena dampak bencana alam dan menghadapi lebih banyak kesulitan karena pandemi.
“Kita tahu di Indonesia kini penyebaran kasus COVID-19 semakin meluas dan tinggi, kini kasusnya juga menyentuh hingga ke tingkat keluarga. Kami sedang beradaptasi dalam memberikan pertolongan kebutuhan-kebutuhan kepada masyarakat dan ini merupakan tantangan baru.” Tegas Sudirman Said.
Sementara itu, Jan Gelfand, Kepala Tim Dukungan Klaster Negara untuk IFRC Indonesia dan Timor-Leste, mengatakan, Setelah Tsunami Aceh dan Nias, Gempa Sulteng juga merupakan salah satu bencana yang besar di Indonesia yang pihaknya lakukan respon serta dukungan dan bantuan yang disalurkan melalui PMI untuk melakukan operasi pemulihan guna menyentuh masyarakat terdampak. EML