PALU, MERCUSUAR – Gempa bumi berkekuatan 4.8 Skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah kabupaten Morowali, Rabu (17/6/2020) malam, pukul 19.10 WITA, dipastikan merupakan akibat dari pergerakan sesar Matano segmen Geresa. Gempa bumi dengan kedalaman 10 km ini, menurut informasi dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geosifika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Palu, berpusat di Teluk Tolo, 8 km arah timur laut Bahodopi.
Hal ini dikatakan oleh Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Palu, Hendrik Leopatty, Kamis (18/6/2020). Menurutnya, sejauh ini ada tiga gempa bumi yang terjadi akibat pergerakan sesar Matano segmen Geresa, dalam tiga hari terakhir, yakni gempa bumi berkekuatan 4.1 SR yang terjadi pada 16 Juni 2020, pukul 07.33 WITA, dengan kedalaman 10 km dan pusat gempa di 4 km sebelah tenggara Bahodopi, kemudian gempa bumi berkekuatan 4.9 SR yang terjadi pada 17 Juni 2020, pukul 07.36 WITA, dengan kedalaman 10 km dan pusat gempa 3 km arah tenggara Bahodopi, terakhir gempa bumi berkekuatan 4.8 SR yang terjadi pada 17 Juni 2020, pukul 19.10 WITA, dengan kedalaman 10 km dan pusat gempa di Teluk Tolo, 8 km arah timur laut Bahodopi.
Berdasarkan perkembangan gempa bumi di wilayah Kabupaten Morowali antara 15 hingga 17 Juni 2020 yang dirilis oleh BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Palu, terjadi 17 kali gempa bumi dengan intensitas kekuatan antara 3 hingga 5 SR. Menurut Hendrik, belasan gempa bumi tersebut, semuanya disebabkan oleh pergerakan sesar Matano segmen Geresa.
Menyikapi data ini, Hendrik mengatakan, aktivitas seismik ini masih dalam kategori normal, walaupun untuk 3 hari terakhir sangat aktif. Berkaitan dengan hal tersebut, pihaknya mengimbau masyarakat untuk melakukan mitigasi mandiri.
“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat diimbau agar menghindari bangunan yang retak atau rusak, yang diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa, yang membahayakan kestabilan bangunan, sebelum anda kembali ke dalam rumah,” jelas Hendrik.
Lanjut Hendrik, masyarakat juga diimbau untuk melakukan penguatan di struktur bangunan, menghindari menaruh benda berat yang mudah bergeser di atas lemari, serta mengancingkan lemari ke dinding. Kemudian, utk keamanan saat guncangan terjadi, masyarakat yang ingin melakukan evakuasi mandiri, agar memadamkan nyala api kompor (minyak dan gas, gas kalo perlu dilepas regulatornya dari tabung), serta mematikan air dan listrik di meteran masing-masing.
Kata Hendrik, evakuasi mandiri perlu dilakukan, khusus bagi warga yang rumahnya sudah tidak aman, di mana yang menilai adalah masyarakat pemilik rumah itu sendiri, misanya apabila bangunan miring, atau ada struktur pondasi dan tiang yang rusak/bergeser, kemudian keretakan dinding.
“Kalau evakuasi dalam skala besar, BPBD Morowali yang nantinya menilai dan merekomendasikan,” ujarnya.
Terkait kemungkinan adanya gempa dengan kekuatan lebih besar, Hendrik mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan peluangnya. Namun kata dia, dari segi rangkaian gempa yang terjadi, bisa dipastikan sesar Matano di segmen tersebut sedang aktif.
“Semoga tidak terjadi (gempa yang lebih besar red.),” ujarnya. JEF