Harus Ada Kajian Serius Tentang Sosok Guru Tua

DISKUSI - Copy

PALU, MERCUSUAR – Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST), bersama Aliansi Masyarakat Sulawesi Tengah (AMS), juga Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (DKP) Kota Palu, melaksanakan diskusi buku ‘Guru Tua Pahlawan Sepanjang Zaman’, karya Jamrin Abubakar, Kamis (13/6/2019). Diskusi ini dilaksanakan di stan pameran DKP Kota Palu di Festival Raudhah ke-7.

Diskusi ini menghadirkan penulis buku, Jamrin Abubakar, serta Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Provinsi Sulteng, Alamsyah Palenga, sebagai pematik diskusi. Hadir pula dalam diskusi ini, sejumlah pemerhati sejarah dan pemerhati budaya Kota Palu, kalangan akademisi, dosen dan mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Palu, serta sejumlah pengunjung Festival Raudhah.

Jamrin Abubakar, dalam paparannya menyebutkan, buku ini memiliki perbedaan dengan buku-buku lainnya yang menuliskan sosok Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Tua. Letak perbedaannya kata dia, dalam buku ini, dirinya memuat pandangan-pandangan orang terdekat Guru Tua tentang sosok pendiri perguruan Islam Alkhairaat tersebut, mulai dari anak-anak beliau hingga murid beliau.

Jamrin menyebut, kehadiran buku yang terbit beberapa tahun lalu tersebut, merupakan bentuk upaya dan dukungan dirinya, terhadap upaya pencalonan Guru Tua sebagai pahlawan nasional. Menurutnya, dalam syarat pencalonan pahlawan, sebagaimana yang diamanatkan undang –undang No 20 tahun 2009 tentang Pahlawan Nasional, kehadiran karya ilmiah dan karya-karya pendukung tentang sosok yang diusulkan, sangat penting kehadirannya.

Senada dengan Jamrin, Ketua PW GP Ansor Sulteng, Alamsyah Palenga, yang juga salah seorang inisiator AMS, yang getol menggalang dukungan untuk pencalonan Guru Tua sebagai pahlawan nasional, mengatakan, buku yang ditulis Jamrin tersebut, kehadirannya penting untuk melengkapi kajian tentang sosok Guru Tua. Menurut Alamsyah, pencalonan Guru Tua sebagai pahlawan nasional, merupakan sebuah keniscayaan.

“Dengan pengabdian dan perjuangan beliau semasa hidup, terutama dengan lahirnya Perguruan Islam Al Khairaat, yang kini menjadi perguruan Islam terbesar di Sulteng, bahkan Indonesia timur, menurut saya sudah lebih dari cukup sebagai bukti bahwa sosok Guru Tua, layak diusung menjadi pahlawan nasional,” jelasnya.

Sementara itu, sejarawan IAIN Palu, Moh Sairin menekankan, upaya pencalonan ini harus disertai kajian ilmiah tentang sosok Guru Tua, yang sesuai dengan metodologi penulisan sejarah, juga persyaratan sesuai dengan undang-undang. Menurutnya, hal ini penting, agar upaya pengusulan kali ini, tidak lagi mentok seperti sebelumnya. JEF

               

Pos terkait