PALU, MERCUSUAR – Himpunan Pemuda Alkhairaat (HPA) Wilayah Sulteng bersama Remaja Masjid (Risma) se-Kota Palu menggelar dialog kebangsaan, Masjid sebagai basis keumatan, di Warkop Fekon Universitas Alkhairaat, Kota Palu, Minggu (5/8/2018) malam.
Dialog yang mengambil tema ‘Hadapi Intoleransi, Hoax dan Isu SARA’ itu menghadirkan pemateri Ketua Umum Pengurus Wilayah HPA Sulteng Dedi Irawan, Sekjen Pengurus Pusat Himpunan Pemuda Alkhairaat, Taufik Ladenggo dan Ketua Dewan Mesjid Kota Palu, Moh Ikbal Andi Magga.
Menurut Dedi Irawan, Indonesia saat ini berada di urutan kedua sebagai negara yang kaya hoax, setelah Philipina. Bahkan saat ini, tengah merebak pemahaman tentang intoleransi serta isu SARA.
Hal ini diakibatkan terbangunnya relasi yang erat kaitannya dengan kelompok-kelompok negara Islam, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menghadapinya.
“Intinya harus bisa memahami, tentang pemahaman-pemahaman berbahaya yang muaranya hanya ingin menang sendiri, dengan tidak mempertimbangkan dampak serta resikonya,” ujarnya.
Olehnya ia berharap masyarakat harus cerdas dalam menerima, menanggapi serta menyikapi berita-berita yang beredar khususnya di media sosial, karena tidak sedikit berita bohong yang disebar untuk kepentingan pribadi dan golongan.
“Karena itu masyarakat jangan mudah terpancing dan terprovokasi, oleh isu SARA yang berakibat memecah belah persatuan,” katanya.
Hal yang sama dikatakan Taufik Lasenggo. Akademisi muda ini menjelaskan, untuk membentengi beredarnya berita bohong dan intoleransi serta isu SARA, diperlukan peran remaja masjid.
Jangan pernah berhenti melakukan pendekatan dengan panganut agama lain sebagai bentuk toleransj antar sesama umat beragama.
“Jadi aktifkan kembali peran pemuda sebagai pengurus Risma di masing-masing Masjid,” ujar Taufik.
Sehingga kata dia, program atau pemahaman terhadap paham-paham baru yang masuk harus betul-betul dipahami, sebelum diterima.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah pendekatan secara humanis tehadap penganut yang memiliki pemahaman berbeda dengan kita.
“Sehingga dengan pola seperti ini, apa yang selama ini kita waspadai serta hindari, tidak akan terjadi,” tegasnya.
Sementara Ketua Dewan Masjid Kota Palu, Moh Ikbal Andi Magga, berharap Risma berperan aktif dengan menyebarkan pemahaman Islam yang rahmmattan lil ‘alamin.
Apalagi imbuhnya, menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019, penyebaran hoax dan isu SARA sangat rentan.
“Disinilah dibutuhkan peran Risma untuk menjelaskan secara rasional.
Mesjid harus bisa menjadi tempat penyebaran Islam yang rahmatan lil alamin, tidak boleh dijadikan sarana politik praktis,” tegas Ikbal.
Olehnya tambah Ikbal, salah satu peran Risma harus bisa membuat jamaah menjadi nyaman dan aman dalam masjid dalam artian seluruh perasarana yang ada digunakan dengan baik.
“Masjid ini basis manifestasi akhir untuk kemakmuran,” katanya.
Meski kendala yang dihadapi saat ini, mencari ta’mir untuk dijadikan pengurus masjid masih sulit. Olehnya, salah satu program yang dilakukan, dalam waktu dekat pengurus masjid di Kota Palu akan akan diberikan perlindungan, dalam bentuk penerbitan BPJS.
Dialog kebangsaan ini dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pengurus Risma masjid di Kota Palu. BOB