PALU, MERCUSUAR – Tahun ini sampai dengan tahun depan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) membangun lagi tiga pabrik untuk meningkartkan produksi. Ketiga pabrik itu dibutuhkan biaya Rp 17 triliun lebih.
Hal itu dikemukakan Senior Vice Presiden PT IMIP, Slamet Victor Panggabean ketika ditemui di stand IMIP di Sulteng Expo 2018, Jumat (13/4) malam.
Investasi yang masuk ke Sulteng tahun 2016 sebesar Rp 24 triliun. Kemudian Rp 22 Triliun pada tahun 2017, dan tahun ini diprediksi sebesar Rp 16 triliun.
“Mulainya sesuai target, yaitu Januari 2018 dan mudah-mudahan bisa selesai akhir 2019,” katanya.
Menurut Slamet, pembangunan pabrik baja karbon itu nantinya bakal memiliki kapasitas produksi sebesar 3,5 juta ton per tahun.
Pembangunan pabrik baja milik PT Dexin Steel Indonesia tersebut ditargetkan berlangsung 24 bulan sejak pembangunan dimulai, sehingga bakal berproduksi sekitar 2020. Produk baja karbon yang diharapkan akan diproduksi antara lain billet, wire rod, slab, dan bar dengan kapasitas masing-masing sesuai permintaan pasar.
Dexin Steel Indonesia merupakan joint venture antara produsen baja asal China Delong Holdings, melalui anak usahanya Delong Steel Singapore Projects, bersama PT Indonesia Morowali Industrial Park dan Shanghai Decent Investment Group.
Total investasi pada tahap awal disebutkan sekitar US$950 juta. Sebesar 70% dari dana tersebut berasal dari pendanaan bank. Delong Steel Singapore Projects akan memiliki saham sebesar 45%, Shanghai Decent sebesar 43%, dan IMIP sebesar 12%.
Pengembangan Kawasan Industri Morowali, pengelola masih fokus dengan proyek yang sedang berjalan saat ini. Proyek yang baru selesai adalah pembangunan hotel bintang lima.
Selain itu, pengelola juga tengah membangun bandara khusus dengan panjang landas pacu atau runway sepanjang 2.000 meter, sehingga mampu didarati oleh pesawat jenis cessna caravan, ATR 72, dan Boeing 737. Bandara ini ditargetkan mulai bisa digunakan pada pertengahan tahun ini.
Kawasan Industri Morowali merupakan kawasan yang berada di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah dan dijadikan pusat kegiatan industri feronikel terintegrasi, baja nirkarat, dan produk hilirnya.
Kawasan dengan luas 3.000 hektare telah menyerap investasi senilai US$6 miliar pada November 2017. Tenaga kerja lokal yang terserap lebih dari 16.000 orang dan pada 2021 ditargetkan kawasan ini bisa memperkerjakan sebanyak 80.000 tenaga kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Slamet menjelaskan, Sulawesi Tengah ke depan sangat menggiurkan untuk menjadi tujuan unvestasi. Saat ini, pemerintah provinsi sudah memberikan kemudahan-kemudahan untuk berinvestasi di Sulteng sehingga pengusaha merasa nyaman.
“Secara keseluruhan sekitar 90 persen, untuk keamanan, kenyamanan dan kemudahan berinvetasi,” kata Slamet yang menilai sudah banyak regulasi yang dipangkas dan digantikan dengan kemudahan bagi pengusaha.
Menurutnya, kemudahan itu merupakan gerbang yang sudah terbuka luas bagi investor untuk datang berinvestasi di Sulteng.
Yang perlu dilakukan sekarang adalah memberikan pola bagaimana investor bisa lebih nyaman lagi agar investor itu dapat membawa teknologi-teknologi hebat saat ini.
Batalkan Izinnya
Sementara itu Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola saat membuka Sulteng Expo menegaskan, izin-izin investasi yang sudah diterbitkan dan tidak direalisasikan agar dicabut saja. Sebab, ternyata ada juga izin-izin itu yang diperjualbelikan.
Longki mengajak semua pihak untuk memperbaiki iklim berusaha dengan memberikan kemudahan berusaha kepada investor, dan melakukan pengawalan proses investasi, khususnya kepada satuan tugas percepatan pelaksanaan berusaha.
Menurutnya, Satgas yang telah terbetuk diharapkan dapat menyelesaikan segala hambatan dalam proses perizinan, maupun pelaksanaan investasi agar pelaku ekonomi, khususnya investor mendapatkan kepastian hukum dalam berusaha di Sulteng, seperti halnya yang terjadi di negara-negara yang sudah maju.
“Karena saat ini, pemerintah pusat terus mengharapkan kepada masing-masing pemerintah daerah, untuk segera meningkatkan investasi, terutama yang berorientasi ekspor. Sebab investasi dan ekspor adalah kunci untuk menggerakan perekonomian suatu daerah,” kata Longki.
Ia juga berharap kepada wali kota dan seluruh bupati se-Sulteng untuk terus menggali dan memanfaatkan potensi sumber-daya alam, melalui peningkatan investasi yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak kekuatan ekonomi di daerah.MAN