KBF Diharapkan Lebih Bermuatan Edukasi

TALKSHOW – Sesi talkshow pada malam kedua KBF 2018, yang menghadirkan tiga narasumber, yakni akademisi KH Qasim Saleh, tokoh agama dan adat Kelurahan Baru, Ustad Husein H Muh Saleh, serta tokoh muda Kelurahan Baru, Ridha Saleh, Jumat (22/6/2018) malam. FOTO: DOK IWAN DG MPALATA

BARU, MERCUSUAR – Panitia Kampung Baru Fair (KBF) 2018 menggelar Talkshow Sejarah dan Budaya, pada malam kedua pelaksanaan iven tahunan tersebut, Jumat (22/6/2018). Talkshow ini merupakan rangkaian agenda dari malam kedua pelaksanaan KBF 2018 yang mengangkat tema Tradisi.

Talkshow sejarah dan budaya ini menghadirkan tiga narasumber, yakni
akademisi KH Qasim Saleh, tokoh agama dan adat Kelurahan Baru, Ustad Husein H Muh Saleh, serta tokoh muda Kelurahan Baru, Ridha Saleh. Talkshow ini mengangkat soal
Sejarah Kampung Baru, Lebaran Mandura, serta Konteks Kepemudaan di Kelurahan Baru.

KH Qasim Saleh memulai talkshow dengan membahas esensi pelaksanaan Lebaran Mandura. Secara maknawi, Mandura yang terbuat dari ketan yang memiliki sifat perekat, yang memiliki makna,
manusia boleh berbeda status sosial, tapi dipersatukan oleh satu kekuatan yakni silaturahmi, layaknya Mandura yang dibungkus berlapis-lapis dan sedemikian rupa. Hal ini kata dia yang menjadikan Mandura sebagai simbol perekat silaturahmi, persatuan dan persaudaraan.

Adapun tiga warna ketan yang digunakan dalam proses pembuatan mandura, yakni ketan warna putih, hitam dan merah, memiliki filosofi maknyanya sendiri-sendiri. Ust Husein H Muh Saleh pada pelaksanaan KBF 2016 lalu mengatakan, warna putih melambangkan kesucian, merah melambangkan keberanian, dan hitam melambangkan kebijaksanaan.

Ust Husein H Muh Saleh, pada kesempatan tersebut juga memaparkan sejarah Kampung/Kelurahan Baru, yang dahulu bernama Boyantongo. Kampung Baru sendiri kata dia, dikenal sebagai daerah urban, di mana di kawasan tersebut tinggal berbagai etnis, seperti Arab, Cina, India, Banjar, Bugis, Jawa, serta Kaili.

Kampung Baru lanjut dia, dari sejak dahulu dikenal dengan kawasan religius yang banyak melahirkan pemikir dan ulama terkenal, seperti KH Zainal Abidin Betalembah dan KH Nawawian Abdullah. Bahkan kata dia, tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto pernah datang ke Kampung Baru untuk meresmikan berdirinya Sarekat Islam cabang Palu pada tahun 1917.

Pada era modern, wilayah Kampung baru yang bertransformasi menjadi Kelurahan Baru, juga banyak melahirkan tokoh yang kiprahnya menasional, seperti Ridha Saleh yang pernah menjadi Komisioner Komnas HAM, Ishack Moro yang menjadi anggota DPR Pusat pada masa Orde Baru, dan di era milenial kita mengenal Rival Himran atau yang dikenal dengan sebutan PALLO, bassis grup band Steven and Coconut Treez juga musisi jazz yang memadukan lirik bahasa Kaili dengan unsur jazz, Zarro.

Ridha Saleh sendiri menyebut, pelaksanaan KBF ini, saat ini mungkin buat kita adalah kegiatan silaturahmi saja, tapi kedepannya akan menjadi sejarah dan menjadi warisan berharga untuk Kota Palu. Dirinya pun berharap, pelaksanaan KBF kedepannya lebih mengarusutamakan muatan-muatan edukatif, seperti sejarah dan budaya, yang dapat sinergis dengan aspek kesenian modern.

Dirinya juga mengajak kepada generasi muda di Kelurahan baru untuk menjauhi narkoba, serta memperhatikan hal-hal penting bagi kaum muda dalam era globalisasi saat ini, yaitu kemandirian dan berpikir out of the box, progresif dan kreatif serta inovatif. JEF

Pos terkait