Kelola Tambak Udang Pakai Sistem Cluster

UDANG

PALU, MERCUSUAR – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Hasanuddin Atjo, menargetkan pada 2019 sudah muncul tambak-tambak udang supra intensif yang dikelola para petani atau pengusaha kecil dan menengah dengan sistem cluster. Hal itu ia sampaikan saat workshop pengembangan teknologi budidaya udang supra intensif bersama BI, pihak perbankan, Hipmi, Kadin Sulteng, dan beberapa perusahaan yang digelar DKP Sulteng pada pekan lalu. Setiap cluster katanya, minimal 80 tambak. Biaya investasi dan operasional ditopang oleh perbankan.

“Kami akan memberikan pendampingan sehingga usahanya berhasil dan menjadi model untuk direplikasi oleh pengusaha lain dari kota/kabupaten bahkan provinsi lain di Indonesia,” katanya.
Hasanuddin mengatakan, pada awalnya sistem budidaya paling produktif di dunia ini menggunakan tambak berkostruksi beton sehingga biaya investasinya cukup mahal dan sulit dijangkau usaha kecil dan menengah.
Ia kemudian melakukan rekayasa teknologi hingga akhinya menemukan konstruksi murah menggunakan terpal dengan tulang besi berbentuk bundar yang biaya konstruksinya hanya Rp15 sampai Rp30 juta untuk luasan 50-100 meter persegi.
Dengan padat terbar benih 40.000 ekor pada tambak 100 meter persegi, produksi yang bisa dihasilkan mencapai 500 kg. Dengar harga jual rata-rata Rp70.000 ekor/kg, maka penghasilan petambak mencapai 35 juta dalam satu musim panen yakni tiga bulan. Ia menyebut bahwa margin bisnis ini cukup tinggi bisa mencapai 40 persen.
“Kalau seorang petambak bisa mengusahakan lima kolam saja dan melakukan panen tiga kali dalam setahun, maka penghasilan kotor petambak bisa mencapai Rp500-an juta,” ujar Hasanuddin.
Workshop yang diikuti 175 peserta dari kalangan perbankan, pebisnis udang, petambak, pengusaha kuliner, akademisi dan para kepala dinas perikanan kabupaten/kota se- Sulteng. Acara  ini menampilkan empat pembicara kunci, yakni, Hasanuddin Atjo, selaku penemu teknologi, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng Miyono, Dirut Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sulteng Ishak Bashir Khan.
Diskusi akan berlangsung secara panel yang akan menghadirkan enam orang pembahas yakni Direktur Pakan Ditjen Pereikanan Budidaya Kementerian KP, Ketua Kadin Sulteng, Kepala BRI Cabang Palu, Direktur PT. Matahari Sakti Jakarta, Direktur Bogatama Marinusa Makassar, keduanya pelaku bisnis sektor perudangan, serta akademisi yang juga Sekretaris Ikatan Sarjana Perikanan (Ispikani) Sulteng, Fadly Tantu. BOB/ANT

Pos terkait