BIROBULI UTARA, MERCUSUAR – Pernyataan anggota DPRD Kota Palu, Iqbal Andi Magga di sejumlah media di Kota Palu, terkait mandeknya pelaksanaan program Seniman Masuk Sekolah (SMS) di Kota Palu, mendapat tanggapan dari sejumlah pihak. Iqbal melancarkan kritik terhadap pelaksanaan program tersebut, yang dinilainya mandek, karena adanya aduan sejumlah SMP di Kota Palu yang menyebutkan, tenaga pengajar kesenian yang berasal dari Dewan Kesenian Palu (DKP), tidak melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya, sementara honor sebesar Rp500 ribu per bulan per orang, tetap dibayarkan oleh masing-masing sekolah.
Pemerhati yang juga pelaku seni dan budaya, Ashar Yotomaruangi, Rabu (11/7/2018) menilai, kritik yang dilancarkan oleh Iqbal ini tidak mendasar, bahkan terkesan cacat. Menurutnya, setelah para tenaga pengajar kesenian yang turun melatih ke sekolah-sekolah ini dikumpulkan dan dimintai keterangan, semuanya mengaku rutin datang melatih.
“Selain itu, mereka juga membuat komitmen dengan kepala sekolah, bahwa tenaga pengajar yang tidak datang melatih, tidak dibayarkan honornya,” ujarnya.
Ashar yang juga merupakan Dewan Penyelia DKP ini, meminta kepada Iqbal agar tidak sembarangan mengeluarkan pernyataan. Dirinya ujuga memkinta agar Iqbal tidak mengukur pegiat seni dengan materi (uang), sebab kata dia, jika bicara soal materi yang didapatkan, belum sebanding dengan pikiran, tenaga, dan biaya transportasi yang mereka keluarkan untuk melatih di sekolah.
“Teman-teman di DKP (yang menjadi tenaga pengajar red.), sungguh tidak melihat besaran materinya, tapi lebih kepada panggilan jiwa, serta komitmen untuk membangun generasi muda yang kenal kesenian dan kebudayaan lokalnya. Ini juga sejatinya harus menjadi komitmen anggota dewan yang terhormat,” jelasnya.
Ashar juga melanjutkan, kenyataannya, telah puluhan tahun teman-teman pegiat kesenian berbuat untuk kesenian dan kebudayaan di Sulteng, khususnya Kota Palu, dengan karya, tenaga, bahkan materi sendiri dan tidak pernah minta bayaran kepada siapa-siapa.
Dirinya juga menyebut kritikan yang dilontarkan Iqbal ini cenderung bernuansa politis, sehingga kata dia, potensi pemahaman beliau terhadap manusia, kesenian dan kebudayaannya, belum sampai kepada titik di mana manusia sejatinya memiliki dorongan emosional, untuk melepas kepenatan jiwa dengan seni.
Selain itu kata dia, program SMS ini merupakan tindak lanjut dari inisiatif Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang substansi tujuannya adalah pembudayaan manusia dan upaya membangun generasi yang mengenal kebudayaan dan kesenian lokalnya.
“Jadi program SMS ini bukan sekedar inisiatif dari Wali Kota saja, yang seolah dipaksakan untuk diterima oleh sekolah di Kota Palu. Program ini merupakan tindak lanjut dari UU No 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. Hal ini juga diperkuat oleh Juknis Gerakan Seniman Masuk Sekolah yang dikeluarkan oleh Direktorat Kesenian Kemendikbud RI,” tutupnya. JEF