JAKARTA – Mahasiswa Universitas Tadulako (Untad), Palu, Sulawesi Tengah dipersilakan untuk sementara berkuliah di 38 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia. Hal ini menyusul kampus mereka rusak parah akibat gempa dan tsunami.
Kegiatan perkuliahan di Untad saat ini terpaksa harus dihentikan sementara waktu, selama proses rekonstruksi bangunan dan sistem serta operasional kampus kembali normal.
Mengacu pada kondisi di atas, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Kadarsah Suryadi menyatakan mahasiswa Untad bisa kuliah sementara di luar Palu.
“MRPTNI menginisiasi program kuliah sementara atau sit in bagi mahasiswa Untad yang sekarang sedang mengungsi di luar Palu,” kata Kadarsah, Rabu (4/10) dikutip Antara.
Mahasiswa Untad dipersilakan untuk dapat mengikuti program sit in pada program studi yang sesuai. Program sit in tersebut berlaku bagi mahasiswa Untad yang saat ini sedang meninggalkan Palu dan berada di kota atau daerah yang dekat dengan salah satu PTN. Mahasiswa bersangkutan dipersilakan segera menghubungi dekan fakultas PTN yang dituju.
Kadarsah menambahkan, mahasiswa Untad bisa juga langsung menghubungi rektorat PTN dituju sambil menunjukkan kartu pengenal resmi yang membuktikan bahwa yang bersangkutan adalah mahasiswa Untad.
Selanjutnya data mahasiswa peserta program sit in tersebut akan dicatat dan dilaporkan ke dekan terkait di Untad untuk mendapat konfirmasi dan persetujuan.
Sedangkan untuk nilai mata kuliah pada akhir semester tetap dikeluarkan oleh pihak Untad. PTN penerima program sit in hanya sebagai tempat kuliah sementara. PTN penyelenggara program sit in akan memberikan akses pada para mahasiswa Untad untuk dapat mengikuti proses pembelajaran dengan ketentuan yang akan diatur oleh masing-masing PTN.
Lihat juga: Peneliti Sebut Tak Menyangka Gempa Palu Berujung Tsunami
Lebih lanjut Kadarsah mengatakan, sejauh ini PTN yang telah menyatakan ketersediannya menampung mahasiswa Untad melalui program sit ini, antara lain Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung; Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta; Universitas Diponegoro (Undip), Semarang; Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar; UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya; Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Yogyakarta.
Universitas Airlangga (Unair), Surabaya; Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung; Universitas Andalas (Unand), Padang; Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya; Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Solo; Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Surabaya; Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak; Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor; Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari; Universitas Brawijaya (UB), Malang; Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Manado; Universitas Raden Tirtayasa (Untirta), Banten; Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin.
Kemudian Universitas Mulawarman (Unlam), Samarinda; Universitas Khairun (Unkhair), Ternate; Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), Majene; Universitas Sumatera Utara (USU), Medan; Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang; Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja; Universitas Negeri Manado (Unima), Minahasa-Manado ; Universitas Negeri Makassar (UNM), Makassar; Universitas Negeri Medan (Unimed), Nedan; Universitas Indonesia (UI khusus FK co as), Jakarta; Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang;
Lalu Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Madura; Universitas Negeri Malang (UM), Malang; Universitas Malikussaleh (Unimal), Aceh; Universitas Lampung (Unila), Malang; Universitas Negeri Padang (UNP), Padang; Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta; Universitas Gorontalo, Gorontalo.
ITS dan Unhas Siap Menampung
Sementara itu ITS Surabaya menyatakan siap menampung dan memberikan bantuan pendidikan berupa kuliah gratis kepada para mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) Palu, Sulawesi Tengah, yang kampusnya terkena gempa disertai tsunami pekan lalu.
Rektor ITS Prof Joni Hermana mengatakan bantuan pendidikan ini awalnya tercetus karena Rektor Untad, Basir Cyio mengabarkan bahwa fasilitas kampus mereka, khususnya Fakultas Teknik mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga kegiatan akademik tidak bisa dilakukan.
“Saya mengatakan kepada Rektor Untad, kalau misalnya kondisinya seperti itu, sambil menunggu proses pemulihan bangunan bagaimana kalau mahasiswanya dititipkan di ITS,” kata Joni.
Lihat juga: LIPI: Lalai Mitigasi Bukan Hanya Kesalahan Pemerintah
Lewat bantuan pendidikan ini, para mahasiswa Untad bisa berkuliah di ITS sembari menunggu kampus mereka siap untuk memulai kegiatan akademik kembali.
Joni menjelaskan, selama menjalani perkuliahan di ITS nantinya para mahasiswa tidak akan dikenakan biaya apapun. Para mahasiswa juga akan disediakan asrama selama mereka menjalani perkuliahan di ITS.
“Bahkan kalau mereka kekurangan biaya, kita akan berikan uang saku. Paling tidak sembari menunggu proses revitalisasi infrastruktur kampus, mereka akan kuliah di ITS selama satu semester,” kata dia.
“Jadi nilai mereka di ITS akan disetarakan di kampus mereka dengan sistem transfer kredit saja,” ujar guru besar Teknik Lingkungan ini.
Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan juga menyatakan siap menampung. Saat ini mereka fokus melakukan pendataan terhadap para mahasiswa korban gempa asal Untad yang ingin mengikuti kuliah sementara di Unhas.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Muh Restu MP mengatakan pihaknya telah menggelar rapat bersama seluruh Wakil Dekan Bidang Akademik se-Unhas yang khusus membahas kesiapan Unhas untuk menampung mahasiswa Untad yang akan mengikuti program sit in di Kampus Merah.
“Saya meminta rekan-rekan Wakil Dekan Akademik untuk melaporkan kesiapan daya tampung yang bisa kita akomodasi untuk mahasiswa asal Untad yang akan sit in. Pada saat bersamaan, saya juga meminta Humas untuk mendata jumlah mahasiswa Untad yang ingin kuliah sementara di Unhas,” kata Restu.
Lihat juga: BMKG Beberkan Kronologi Peringatan Dini Tsunami Sulteng
Secara umum, kata dia, para wakil dekan bidang akademik menyatakan kesiapannya. Jika jumlah mahasiswa Untad pada suatu prodi tidak terlalu besar, bisa disisipkan di kelas-kelas yang sudah berjalan.
“Namun jika jumlah mahasiswa cukup besar pada suatu prodi, kita akan memikirkan alternatif lain, kalau perlu membuka kelas baru,” kata Restu.
Direktur Komunikasi Unhas, Suharman Hamzah mengatakan langkah ini merupakan respon dari situasi di Palu yang masih sangat sulit untuk berkomunikasi.
“Kita tidak ingin memberatkan mahasiswa Untad. Duka Tadulako adalah duka Unhas. Bagaimanapun, Untad itu lahir sebagai salah satu binaan Unhas,” kata Suharman.CNN
sumber : CCNindonesia.com