Mangrovers Palu Studi Banding ke Parigi

TALISE, MERCUSUAR- Para pegiat konservasi mangrove yang tergabung dalam Komunitas Mangrovers Kota Palu, melakukan kunjungan ke Parigi, Kabupatan Parmout sebagai studi banding dalam mendalami ilmu konservasi mangrove, Minggu (10/6/2018).

Komunitas yang terbentuk tepat saat perayaan Hari Bumi Internasional pada 22 April 2018 itu, masih tetap konsisten dalam melestarikan mangrove. Komunitas ini masih setia mengontrol 300 bibit mangrove di kawasan Jembatan Merah Jalan. Rajamoili, Kelurahan Besusu Barat.

Relawan Mangrovers, Reny Septiani mengatakan, sebagai komunitas kolaborasi lintas ilmu, Mangrovers masih minim studi literatur atau bidang keilmuan terkait pelestarian mangrove khususnya tanaman bakau. Relawan mangrovers sepakat berkunjung ke Parigi untuk menelaah tanaman mangrove mulai dari jenis substrat yang cocok sesuai jenis mangrove, proses pembibitan, penanaman hingga implementasi rekayasa teknologi.

Hamzah Tjakunu atau yang disapa Ka Ateng sebagai ketua dari ReMoTT atau Relawan Mangrove Teluk Tomini datang menyambut relawan Mangrovers Kota Palu untuk bersama-sama meninjau langsung tempat rehabilitasi mangrove selama 11 tahun di Desa Mertasari, Parigi. Ateng menjelaskan bahwa untuk memastikan kelangsungan hidup mangrove, pertama-tama perlu dilakukan kajian, diantaranya mengetahui substrat lokasi, delta, mata pencaharian penduduk setempat hingga kajian lingkungan lainnya.

Substrat di daerah Parigi merupakan substrat yang sangat pas untuk ditumbuhi mangrove, lebih dari 24 jenis dari 36 jenis mangrove di Indonesia bisa kita temukan di kawasan Parigi. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa substrat di Teluk Palu juga cocok untuk tanaman mangrove. Maka dari itu, perlu implementasi dari rekayasa teknologi untuk penanaman mangrove di kawasan Teluk Palu yang dikenal memiliki ombak dan angin yang kencang.

Ateng akan kembali membagikan pengalamannya terkait konservasi mangrove selama kurang lebih 21 tahun ini di Kota Palu tepat saat perayaan Hari Konservasi Mangrove Internasional pada 28-29 Juli nanti yang diselenggarakan oleh komunitas Mangrovers. Diharapkan bahwa konservasi mangrove bukan hanya di minati oleh pemuda-pemuda pencinta alam atau bidang ilmu terkait, tetapi seluruh elemen masyarakat juga memiliki andil besar demi terciptanya pesisir yang lestari dengan kekayaan flora dan faunanya lewat mangrove. AMR/*

 

Pos terkait