PALU, MERCUSUAR – Sampai hari ke delapan pasca bencana gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Kota Palu, Sigi dan Donggala (PASIGALA), permasalahan tanggap darurat belum juga teratasi. Malah sebaliknya, respon tanggap darurat pemerintah provinsi nampak masih kacau balau di lapangan. Mulai dari soal fasilitas tenda hunian pengungsi, pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan, penanganan bayi dan anak, pemulihan psikologi warga serta MCK (mandi, cuci, kakus), semuanya belum dapat diatasi.
Saat ditemui di tenda pengungsian warga di Bukit Buntina, Desa Pombewe Kecamatan Sigi Biromaru, Ketua Fraksi Nasdem DPRD Sulteng, Muhamad Masykur mengatakan sangat prihatin dengan kehidupan warga di tenda pengungsian.
“Mereka saat ini hidup di bawa tenda seadanya. Jauh dari standar layak. Hampir semua seperti ini. Tidak di Palu, Donggala dan Sigi. Kondisi di tempat pengungsian sama masalahnya,” ungkapnya.
Padahal, tambahnya lagi, Sejak hari pertama hingga hari ke delapan bantuan kemanusiaan sudah mulai nampak membanjiri.
“Yang ada, warga di tenda dipengusian masih hidup dalam kondisi serba terbatas. Tenda tidak layak huni, bahkan sebagian masih tidur tanpa alas di alam terbuka” kata Masykur.
Menurut Masykur sampai hari ini masih banyak warga berteriak minta bantuan tenda layak huni. Sebagaimana standar tenda yang didistribusikan dengan cap nama Kementrian Sosial dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Nampak hanya di beberapa titik saja ada tenda seperti itu, seperti di kantor pemerintahan yang dijadikan tempat pengungsian dan di beberapa lapangan yang dijadikan pusat pengungsian. Di luar itu sudah tidak nampak tenda seperti itu.
“Mbok ya kondisi seperti itu segera pemerintah provinsi bertindak sebab hari ini sebagian besar kita hidup di pengungsian tidak sedang camping sehari dua di alam terbuka. Karena sebagian besar warga yang tidak punya rumah tinggal lagi kini hidup di bawah tenda pengungsian. Dan oleh karenanya sepatutnya pemerintah provinsi beri respon selayaknya berdasarkan standar respon tanggap bencana, bukan membiarkan warga sendiri berjuang mengatasi problemnya”, pinta Masykur.
Masykur mendesak agar di masa tanggap darurat ini yang segera dituntaskan adalah kebutuhan pangan, tenda, air bersih dan MCK darurat di tempat pengungsian.
Selain itu dibutuhkan penataan wilayah pengungsian agar memudahkan pemenuhan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan dasar warga di tempat pengungsian. Khususnya pemenuhan kebutuhan dasar terhadap bayi, balita dan anak-anak, kata Masykur.**