Pengrajin Kulit Kayu

Suzana Dorothea Dera, perempuan berusia 30 tahun memilih cerita pengrajin kulit kayu dari lembah bada untuk dipamerkan pada  dipamerkan dalam Photo Story Exhibition, bertajuk  Through The Eyes of The Woman.

Di Lembah Bada sendiri, pengrajin kulit kayu sudah mulai tergerus seiring perkembangan zaman. Kisah inilah yang ingin diangkat oleh perempuan yang akrab disapa Ci Bolang ini.

Foto stori yang disajikannya mengisahkan tentang perempuan bernama Elisabeth Kalahe atau Mama Bery. Mama Beri adalah sekira lima orang yang masih aktif membuat kain dari kulit kayu. Diusia senja, ia masih dengan gesit menempah satu persatu pelepah pohon untuk dijadikan kain.

Meski tidak muda lagi, Mama Beri tetap semangat mempertahankan tradisi nenek moyang. Cerita pengrajin kain dari kulit kayu ini, menjadi cerita bagian kekayaan budaya melengkapi pesona cerita Taman Nasional Lore Lindu.

“Cerita Elisabeth Kalahe saya pilih mewakili perempuan tangguh penjaga tradisi yang bernilai tinggi. Mahal. Sebut saja seperti itu. Seharusnya dihargai lebih dan lebih lagi,”ungkap Ci Bolang yang juga penghobi fotografi.

Ci Bolang, pertama kali betemu Mama Beri beberapa bulan yang lalu. Dari sekian banyak certa jalan-jalan saya dan bertemu orang banyak, dari kesemuanya itu mama berilah yang sangat menyentuh hati saya.

Mama beri langsung menimpali permohonan izin saya setelah memintanya untuk berfoto. Mama beri seperti belum tersentuh zaman milenial.

“Saya pastikan kali ini mama beri bisa liat hasil fotonya, saya berusaha meyakinkan mama beri menjadi model/objek foto saya, karena kisahnya patut diketahui dan menjadi inspirasi,”kata Ci Bolang.

Mama beri sangat baik. Sekalipun dengan komunikasi yang agak terhambat karena sebagian penjelasan teknik membuat kulit kayu menggunakan bahasa suku Bada.

“Saya merasa sangat beruntung bisa merekam setiap bagian cara membuatkain dari kulit kayu. Ini hal yang baru bagi saya. Bahkan saya meminta unuk bisa belajar suatu hari nanti,”tambahnya.

Kegigihan Mama Beri dalam membuat kain kulit kayu adalah hal yang patut diapresiasi. Diusia senja masih melakukan apa yang sangat dia sukai. Membuat kain kulit kayupun pada dasarnya adalah pilihan Mama Beri sebagai ibu dari anak-anaknya. Sekaligus mempertahankan tradisi leluhurnya.

Semoga lewat Photostory Exhibition orang-orang akan lebih mengenal kekayaan adat budaya dan tradisi daerahnya. Dan berharap semakin banyak anak muda yang juga terpanggil untuk melestarikan dan menjaganya serta menjadi kebanggan tersendiri dibaginya. Tanpa disadari, kekayaan yang sesungguhnya adalah ketika kita mampu mempertahankan jati diri kita lewat tradisi nenek moyang.

Di Hari Kartini tahun ini, tidaklah perlu pergi kesebrang pulau untuk mencari sosok menyamai kartini.  Kita  hanya perlu melihat dengan saksama sekelilingmu. Sekitar tempat tinggalmu. Lihat sosok tangguh yang dengan semangat berjuang , berkarya dan berinovasi. Yang dari hari kehari semangatnya tidak pernah surut sedikitpun. Perempuan itu kuat. Penyokong kehidupan keluarga. Lewat kesepuluh jarinya seorang perempuan mampu memberi hidup bagi orang lain. IKI

 

 

 

 

Pos terkait