TANAMODINDI, MERCUSUAR- Wali Kota Palu, Hidayat dalam arahanya menyampaikan, pelaksanaan Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) yang berintegrasi dengan Gerakan Gali Gasa dalam setahun dapat menurunkan angka penyakit tidak menular seperti penyakit DBD, diare, dan malaria.
Hal ini, kata Hidayat berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palu yang dilaporkan kepada dirinya, namun menurunnya angka penderita penyakit tidak menular sekira sekitar 3.6 persen secara keseluruhan , maka perhatian masyarakat untuk membersihkan rumahnya mengalami peningkatan namun volume sampah semakin bertambah sebab masyarakat membuangnya di luar.
Penurunan itu, menurut Hidayat telah membantu mengurangi biaya berobat masyarakat karena keluhan penyakit tidak menular. Asumsi untuk rawat inap memerlukan uang berobat Rp100 ribu dikalikan jumlah ratusan masyarakat.
“Maka Germas dan 3G diklaim telah mengatasi hal itu,” kata Hidayat, saat memimpin Rapat Koordinasi Penguatan Peran Lembaga Adat Kaili dan Satgas K5 Kota Palu, didampingi Kepala Badan Kesbang Pol Kota Palu, Moh. Sadly Lesnusa, Inspektur Inspektorat Kota Palu, Didi Bakran dan Plt. Kaban Litbang Kota Palu, Syamsul Saifudin, di Ruang Kasiromu Kantor Setda Kota Palu, Senin (9/4/2018).
Hidayat mengatakan, program pembentukan lembaga Adat Kaili dan Satgas ini mengacu pada misi ke enam Pemkot Palu yaitu revitalisasi nilai-nilai budaya Bangsa. Alasan dibentuknya kedua lembaga ini, karena suasana bangsa Indonesia saat ini terdapat tiga nilai budaya bangsa yg akan ditumbuhkan kembali yaitu nilai toleransi, kekeluargaan dan kegotongroyongan.
“Karena kerja-kerja kedua lembaga ini dinilai mampu mengubah atau berdampak positif, menurunkan angka penyakit, diare, malaria, dan DBD.
Ditambahkan Sekretaris Dinas Kesehatan, Ilham bahwa kurang lebih satu tahun launching Germas 3G oleh Wali kota Palu pada konferensi nasional Kemenkes RI di Ancol Jakarta 2016 lalu. Konsep brilian integrasi itu dinilai mampu mengubah masyarakat berprilaku hidup sehat dengan tujuan kesehatan terjaga, produktivitas, lingkungan bersih, dan menekan biaya kesehatan.
Dampak positif khususnya dalam bidang kesehatan yakni menurunnya kasus penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan antara lain kasus DBD (demam berdarah) menurun 37% atau 639 (2016) menjadi 401 kasus (2017); kasus diare menurun 11 persen atau 7467 kasus (2016) menjadi 6644 kasus (2017), sedangkan pemeriksaan malaria menurun 23,1 persen atau 294 kasus (2016) menjadi 226 kasus (2017), data itu berdasarkan survey dari 13 Puskesmas di 46 kelurahan se-Kota Palu.
Data tersebut menunjukan hasil yg sangat signifikan yaitu telah mampu menurunkan angka kesakitan faktor lingkungan 1.126 kasus, dan bila dikonversi dengan unit coast standar INA CBG tentunya berimplikasi menurunkan pembiayaan kesehatan masyarakat (riset next).
“Fakta tersebut kiranya dapat awarnes terhadap konsep gali gasa, dan tidak ada jalan untuk Denial terhadap program Gali gasa. Kobarkan terus semangat Gali Gasa lebih massif,” ujarnya. ABS