Oleh : Fardilla (Warga Mamboro)
MAMBORO, MERCUSUAR – Sudah dua bulan lebih penyintas bencana di Hunian Sementara (Huntara) hanya bisa berdiam diri dan tak bisa berbuat apa-apa, karena pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancing. Sebagian besar warga penyintas akhirnya kehilangan mata pencaharian.
Di tengah pandemi covid-19, penyintas kesulitasn untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk kebutuhan pangan. Namun banyak dermawan yang datang membawakan mereka bantuan berupa sembako maupun uang tunai.
Mulai dari partai politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat datang memberikan sedikit perhatian kepada para penyintas, agar mereka bisa terus bertahan hidup di tengah bencana kesehatan covid-19. Sayangnya, selama itu, pemerintah seakan tak pernah hadir ditenga-tengah penyintas.
“Jangankan memberikan bantuan sembako apalagi uang tunai, memberikan sosialisasi kepada pengungsi tentang covid-19 saja tidak pernah. Jatah hidup pascabencana alam saja sampai sekarang tidak jelas, apalagi bantuan selama corona. Kami lebih banyak dibantu oleh dermawan,” kata Nia salah satu pengungsi di Huntara Mamboro.
Nia mengungkapkan bahwa karena kondisi yang semakin sulit di Huntara, warga sempat mendatangi kantor dinas sosial kota Palu untuk meminta bantuan sembako. Namun dari pihak dinas mengatakan bantuan untuk warga di huntara bisa diberikan setelah kota Palu telah ditetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah.
Nia bersama warga lain di Huntara Mamboro berharap kehadiran negara di tengah wabah covid-19, bukan hanya sekedar memikirkan keberlangsungan hidup para penyintas, namun layanan Kesehatan bagi penyintas agar tidak tertular virus corona. Seperti penyemprotan disinfektan, penyediaan fasilitas mencuci tangan, dan pembagian masker gratis bagi penyintas.
“Selama ini yang datang ke huntara untuk membantu penyintas seperti melakukan penyemprotan disinfektan, pemberian fasilitas mencuci tangan dan masker hanya dari LSM dan partai politik. Dari peremerintah sampai saat ini tidak ada, hanya janji-janji terus,” kata Nia.
Hal yang sama diaungkapkan Sritini Haris, salah satu penyintas di Huntara Talise yang mengungkapkan bahwa keberadaan penyintas di huntara sangat memprihatinkan, terutama yang berkatan dengan kondisi ekonomi.
“Kami di huntara jadi serba salah. Disatu sisi kita dilarang keluar rumah, tapi kalau kita berdiam didalam rumah apa yang mau dimakan,” kata Sritini.
Menurutnya, hak-hak dasar penyintas seharusnya dipenuhi, seperti kebutuhan dasar perempuan dan anak. Tapi kenyataannya hingga sampai saat ini tidak ada, bahkan untuk memberikan penyuluhaan Kesehatan tentang covid-19 di huntara tidak perbah dilakukan, padahal Huntara sangat rentan penularan covid-19.
Warga di huntara lanjut Sritini, butuh kejelasan dari pemerintah terkait bantuan untuk korban bencana yang masih tinggal di tenda pengusian maupun huntara. Negara harus hadir demi keberlangsungan hidup para penyintas yang masih berjuang untuk memulihakan kondisi pasca bencana alam ditengah pandemic covid-19.
“Bantuan untuk warga korban bencana hanya surga telinga. Jatah hidup tidak ada, santunan duka tidak ada, ini lagi bantuan langsung tunai tidak jelas ada atau tidak,”ujarnya.
Dinsos Sebut Jadup Tidak Ada Lagi
Menanggapi keluhan para penyintas, Kepala Bidang (Kabid) perlindungan sosial masyarakat, Dinas Sosial Kota Palu, Diana Patalau mengatakan jatah hidup (Jadup) untuk korban bencana di Kota Palu untuk saat ini tidak ada lagi, sementara untuk santunan duka sampai saat ini masih menunggu pencairan setelah dibuka blokir bantuan sosial di Kementerian Sosial RI.
Diana menambahkan bahwa untuk penyintas bencana di Huntara selama covid-19, Pemerintah Kota Palu telah mengakomodir dan menyusun dalam anggaran di Dinas Sosial Kota Palu bantuan sembako untuk 26 ribu jiwa warga yang tingga di huntara.
Menurutnya, bantuan sembako penyintas di Huntara bisa di serahkan setelah ada kebijakan PSBB di Kota Palu.
“Ketika PSBB dikeluarkan, Dinas Sosial siap mendistribusikan sembako bagi seluruh penyintas yang tinggal huntara,” kata Diana. ***