PALU, MERCUSUAR – Pihak Pertamina mengakui adanya kekosongan dalam pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Sulteng. Penyebabnya adalah terganggunya distribusi kendaraan pengangkut BBM akibat terjebak longsor di Kebun Kopi, Parigi Moutong.
Sales Supervisor PT Pertamina Area Sulteng, Mahdi Safar mengungkapkan pihaknya tengah berusaha keras untuk menetralisir penyaluran BBM ke masyarakat dengan meningkatkan frekuensi pengangkutan BBM dari Depo Loli Donggala ke SPBU.
“Tadi siang (17/4/2018) semua mobil sudah kembali ke Donggala. Netralisir penyaluran kami lakukan sampai malam hari,” ungkap Mahdi Safar melalui whats app. Saat dihubungi ia mengaku sedang berada di Banggai Laut.
Sumber di DPC Hiswana Migas Sulteng mempertanyakan kelangkaan BBM ini, apakah karena jumlah armada kapal pengakut dari Balikpapan, Kalimantan Timur yang kurang atau stok BBM yang minim.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik mengatakan peristiwa tumpahnya minyak di Tanjung Balikpapan, Kalimantan Timur memiliki pengaruh pasokan minyak wilayah Indonesia Timur.
“Ada pengaruhnya untuk Indonesia Timur, namun sudah dapat kami atasi, karena memang Balikpapan memasok kawasan tersebut,” kata Elia Massa Manik ketika di Komisi VII DPR, Jakarta, Senin.
Ia mengatakan tindakan pertama untuk mengatasi pasokan adalah memodifikasi jalur distribusi, dengan mengubah jalur pipa dari operasi beberapa kilang terdekat.
Kedua, pengaturan kondisi operasi. Ketiga adalah mengatur komunikasi mengenai stok jumlah crude atau minyak mentah antar wilayah di kawasan Indonesia Timur.
Informasi terakhir dari perkembangan peristiwa Tanjung Balikpapan adalah PT Pertamina (Persero) menyiapkan pipa minyak bawah laut sebagai pengganti pipa sebelumnya, yang putus di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Pipa pengganti ini akan dibawa dari Balongan, Jabar, ke Balikpapan,” kata Manajer Komunikasi dan CSR Pertamina Wilayah Kalimantan Yudy Nugraha.
Menurut Yudy Nugraha, pipa pengganti akan segera dipasang setelah memperoleh izin penyidik kepolisian.
Saat ini, pipa bawah laut, yang putus pada 31 Maret 2018 masih berada di tempat semula untuk keperluan penyidikan.
“Apabila pipa yang putus sudah diangkat dari dasar laut dan diperbolehkan oleh pihak penyidik untuk penggantian pipa, maka pipa pengganti ini dapat segera dipasang,” katanya.
Yudy menjelaskan pipa yang disiapkan berjumlah 22 buah dengan panjang masing-masing 12 meter.
Saat ini, Pertamina mengalirkan minyak mentah dari Terminal Minyak Mentah Lawe-lawe ke kilang Balikpapan dengan menggunakan pipa bawah laut lain berukuran 16 inci.
Pipa Pertamina yang putus memiliki ukuran 20 inci dengan ketebalan pipa 12,7 mm dan terbuat dari bahan “carbon steel pipe” API 5L Grade X42.
Kekuatan pipa terhadap tekanan diukur dari “maximum allowable operating pressure” (MAOP) adalah 1.061,42 psig, sementara “operating pressure” yang terjadi pada pipa masih di bawah yakni hanya mencapai 170,67 psig.
Menurut Yudy, kondisi pipa sebelum putus cukup baik dan sudah dilakukan inspeksi secara berkala. HAI/ANT