PALU, MERCUSUAR – Ombak besar atau gelombang pasang menghantam puluhan rumah di pesisir Pantai Barat, tepatnya di Kecamatan Sindue dan Kecamatan Sindue Tombusabora, Kabupaten Donggala, Kamis (26/4/2018) siang. Di pantai Dusun Kambarogo, Desa Lero Tatari, Kecamatan Sindue, dilaporkan hantaman ombak pada pukul 14.00 Wita mengakibatkan kerugian materiil yang cukup besar sebab tidak sedikit rumah yang ambruk. Warga setempat melaporkan, bencana alam ini adalah yang terbesar dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.
Gelombang pasang juga menghantam pesisir Desa Marana, Kecamatan Sindue. Empat rumah terdampak ombak ini, di antaranya satu rumah mengalami rusak di bagian dapur. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Donggala, Akris Fattah mengatakan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. “Petugas BPBD masih berada di lokasi, belum memberikan laporan rinci,” katanya kepada Mercusuar.
Ombak juga menerjang beberapa rumah di Dusun 1 dan 2, Desa Batusuya Go’o, Kecamatan Sindue Tombusabora. Kepala desa setempat, Indra yang dikonfirmasi mengatakan terdapat rumah di tepi pantai yang ambruk diterjang ombak setinggi lebih dari 2 meter.
Pemkab Donggala, melalui BPBD pun meminta nelayan dan warga yang berada di pesisir waspada, sebab sampai Sabtu (28/4/2018), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan akan terjadi hujan disertai angin kencang. Hal ini turut memicu tingginya gelombang laut.
Secara umum, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang petir dan kilat dalam dua hari mendatang masih akan membayangi wilayah pesisir Sulteng. BMKG memperkirakan daerah-daerah yang dibayangi hujan dan angin kencang itu adalah Teluk Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Buol, Tolitoli, dan Poso. BMKG malah memprediksi pada Jumat (27/4/2018) hari ini untuk turut mewaspadai wilayah di Banggai, Banggai Kepulauan dan Morowali.
Secara khusus, potensi hujan lebat disertai petir berpeluang terjadi di Teluk Tomini. Khusus tinggi gelombang minimum mencapai 1,25 meter di atas permukaan air laut untuk daerah di perairan Menui, Morowali dan perairan selatan Kepulauan Banggai – Kepulauan Sula. BMKG menyatakan adanya awan gelap atau cumulonimbus di lokasi tersebut dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
BMKG Kendari, Sulawesi Tenggara, juga merilis peringatan dini kondisi gelombang di beberapa perairan laut di Sultra, khususnya di Kepulauan Wakatobi, dan Sulteng yang mencapai ketinggian antara 1,25 hingga 2,5 meter.
Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Adi Istiyono, Rabu (25/4/2018) mengatakan peringatan dini gelombang laut itu terjadi mulai pada pukul 08.00 Wita hingga 20.00 Wita. “Diprakirakan gelombang antara 1,25 – 2,5 meter terjadi di perairan kepulauan Wakatobi, perairan Menui Sulawesi Tenggah, Laut Banda Timur Sultra, Teluk Tolo, Perairan Kepulauan Sula dan Perairan Kepulauan.Banggai,” ujarnya Olehnya itu, ia berharap masyarakat khususnya pengguna jasa angkutan laut untuk tetap waspada saat melakukan perjalanan dan setiap saat meng-update informasi terkini dari BMKG.
Sebelumnya, BMKG telah memprediksi sebagian wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau awal bulan April ini. Awal musim kemarau tidak seragam di tiap daerah. Hingga awal April, daerah yang sudah memasuki kemarau adalah NTT, NTB, DIY, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh. Kemudian merambat perlahan ke arah barat dan utara ke Pulau Jawa, sebagian Sulawesi, sebagian Kalimantan, dan Sumatera yang memasuki awal kemarau secara umum di bulan Mei. Demikian juga untuk sebagian Papua. Menghadapi musim kemarau, perlu diwaspadai daerah-daerah yang rentan terjadinya kebakaran lahan dan hutan, di antaranya Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. DAR/HID/ANT