SMAN 1 Palu Keluarkan Empat Siswa

ilustrasi-tawuran

BESUSU TIMUR, MERCUSUAR – Pihak sekolah SMA Negeri 1 Palu, terpaksa harus mengembalikan empat siswanya kepada orang tua masing-masing alias dikeluarkan dari sekolah. Keputusan itu diambil, menyusul adanya kasus pengeroyokan terhadap seorang guru yang diduga dilakukan oleh orang tua dan keluarga dari salah seorang murid yang dikeluarkan itu.

Pihak sekolah memutuskan, keempat siswa itu setelah melaksanakan rapat bersama dewan guru yang diduga terlibat dan mengakibatkan salah seorang guru dikeroyok oleh kekuarga siswa.

Kepala SMAN 1 Palu, Zulfikar Is Paudi mengatakan pengembalian siswa ini kepada orangtua mereka sesuai dengan aturan yang ada di sekolah. “Aturan ini sudah berlaku sejak adanya sekolah. Jadi siapapun siswa yang melakukan hal-hal yang dilarang di sekolah seperti pengeroyokan ataupun pencurian akan dikembalikan sesuai dengan aturan yang ada. Tetapi kami juga masih memberikan hak mereka sebagai siswa yaitu berupa surat pindah,” katanya, Jumat (31/8/2018).

Tak hanya itu, guru yang menjadi korban dari pengeroyokan itu akan melaporkan para pelaku pengeroyokan ke pihak yang berwajib, sehingga diharapkan kedepannya kejadian seperti itu tidak terulang lagi.

“Sebelumnya pihak keluarga dan guru yang dianiaya sudah melakukan mediasi secara kekeluargaan. Kami menghargai mediasi tersebut, namun walaupun sudah dimediasi tetapi aturan sekolah tetap kami jalankan. Selain itu kami juga tidak bisa melarang jika ada guru lainnya melaporkan kejadian ini ke kepolisian,” jelasnya.

 Bermula dari Pencurian

Seperti diketahui sebelumnya, pada Rabu (29/8/2018) seorang guru bernama Budiyono selaku Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Palu. Kejadian itu bermula dari terjadinya pencurian saat upacara bendera sedang berlangsung, Senin (27/8/2018).

Seperti biasanya setiap kali upacara ada enam siswa yang ditugaskan sebagai PKS (Petugas Keamanan Sekolah), yang mengawasi setiap kelas saat upacara berlangsung.

Menindaklanjuti kejadian pencurian itu, maka siswa PKS dipanggil ke ruang guru untuk dilakukan pemeriksaan dari enam siswa itu, salah seorang ternyata tidak masuk karena sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan melalui rekaman CCTV, tiga dari lima siswa itu terbukti melakukan pencurian.

Kemudian keesokan harinya, tiga siswa yang diduga terlibat melakukan pencurian itu mempengaruhi siswa yang tidak bertugas karena sakit, mereka mengatakan bahwa siswa tersebut juga dituduh mencuri. Tidak senang dengan tuduhan itu, maka pada Rabu (28/8/2018) siswa tersebut menghadang ibu guru yang memproses kasus pencurian itu.

Siswa itupun melontarkan kata-kata yang tidak pantas kepada sang guru, siswa itupun dipanggil ke ruang guru namun ketika berada di ruang guru, siswa tersebut tetap membentak ibu guru itu dengan kasar karena tidak terima dituduh mencuri. Mendengar hal itu, maka Budiyono pun secara spontan langsung memberikan pembinaan kepada siswa tersebut.  

Tidak terima dirinya diperlakukan seperti itu, siswa tersebut langsung pulang dan melaporkan tindakan Budiyono kepada orang tuanya, kemudian orang tua bersama keluarganya mendatangi sekolah, setelah melihat Budiyono seketika itu juga orang tua dan keluarga siswa langsung langsung mengeroyok Budiyono, bahkan diduga siswa tersebut juga ikut memukul sang guru. Pengeroyokan itu juga berimbas kepada guru-guru-guru yang lain.

Namun akhirnya, tindakan pemukulan itu dapat dimediasi oleh pihak yang berwajib antara korban pemukulan dan para orang tua serta keluarga siswa. UTM

 

Pos terkait