PALU, MERCUSUAR – Pendukung pasangan Hidayat-Sigit pada Pilkada Kota Palu 2016 tidak lagi solid. Kabar perpecahan di internal pendukung tersebut disampaikan sendiri eks Ketua Deklarator Sigit Purnomo Said (SPS), Roy Elisa Sumakul, baru-baru ini. Roy menyatakan tidak lagi mendukung petahana hingga akhir periode. Tim SPS sempat membujuk beberapa tim pendukung untuk melakukan aksi serupa. Namun, Sekretaris Tim Amanat Kebangkitan Bangsa, Jayadin Djuhaepa mengaku tidak semua mau terpengaruh. “Ada beberapa tim kita bisa mereka pengaruhi sehingga tidak mau bergerak lagi, yakni salah satunya Ketua Tim Srikandi, Rina Lasarika,” ujar Jayadin, Selasa (5/6/2018).
Menurutnya, saat kampanye Pilkada Kota Palu tahun 2016 lalu, Dasi Ungu –sebutan pasangan Hidayat-Sigit—memiliki sejumlah tim koalisi. Sehingga jika SPS menarik dukungan, hal itu tidak akan mempengaruhi komitmen Dasi Ungu untuk membangun Kota Palu. Ia juga meluruskan tudingan banyaknya janji-janji kampanye wali kota-wakil wali kota yang belum terealisasi. Program Kartu Sehat telah terwujud dalam pelayanan gratis Puskesmas sore sampai malam, juga pendidikan gratis, infrastruktur, dan peningkatan drainase. Tentang padat karya yang mendapat catatan, menurut Jayadin, perhitungan tim, upah Padat Karya justru naik Rp 50 ribu. “Padat karya yang dulu lima hari kerja dengan gaji Rp 500 ribu, kita turunkan jadi dua hari kerja dengan gaji Rp250 ribu,” paparnya.
Dana sisa dana padat karya sebesar Rp 250 ribu per orang ini lantas diarahkan ke sektor pendidikan dan kesehatan, sehingga manfaatnya bukan hanya dirasakan oleh peserta padat karya, tetapi juga oleh masyarakat miskin lain yang jumlahnya kurang lebih 25 ribu orang. “Sementara padat karya jumlahnya 4000 orang,” urainya. Ia juga menegaskan menjelang tiga tahun Hidayat-Sigit penduduk miskin di Kota Palu telah berkurang 1000 orang, dari sebelumnya 26 ribu orang. Jayadin menambahkan, Tim SPS adalah tim elit yang memilih keluar lantaran menolak ‘tangannya kotor’.
Sebelumnya, kepada wartawan Eks Ketua Deklarator SPS, Roy Elisa Sumakul, menilai dominan janji kampanye wali kota dan wakilnya tidak terealisasi hingga menjelang tiga tahun pemerintahan. “Bukan hanya janji kepada tim sukses, tapi janji kepada masyarakat,” katanya.
Menurutnya, janji-janji itu antara lain dana untuk saksi, kartu relawan, perayaan pemenangan di beberapa lokasi, hingga program padat karya. Belum lagi dengan program kerakyatan, yang seharusnya sudah berjalan saat ini. “Sebagai eks Ketua Deklarator, saya sangat kecewa dan menyatakan tidak lagi mendukung duet Hidayat-Sigi hingga akhir periode,” tegasnya.
Roy menegaskan, sikap itu merupakan keputusan yang telah disepakati seluruh komponen dan semua unsur Timses SPS. “Bersama teman-teman dalam tim, kami sudah bulat dengan keputusan ini. Ini adalah hasil musyawarah kami, dari kontemplasi selama tiga tahun,” bebernya.
Habis manis sepah dibuang, itulah yang dirasakan timses SPS saat ini. Kata Roy, mereka yang dulu berjuang tanpa lelah untuk kemenangan Dasi Ungu, seolah tak ada artinya saat ini. Anehnya, beberapa kebijakan juga berada digaris komando oknum saudara kandung dari lingkup kekuasaan itu sendiri. Pada Pilkada selanjutnya, ia bersama tim akan mencari sosok pemimpin yang lebih amanah, konsisten dan komitmen kepada janji. ABS/FIT