Transisi Energi hingga Krisis Iklim, Isu Krusial Dalam Pilkada Sulawesi Tengah

Sejumlah pemateri menyampaikan paparan pada Peluncuran Laporan Survei Key Opinion Leaders tentang isu Transisi Energi dan Iklim, Rabu (25/9/2024) di Hotel Aston. FOTO: AMAR SAKTI/MS

LOLU SELATAN, MERCUSUAR – Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulawesi Tengah, Research Centre for Politics and Government (PolGov) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Indonesia CERAH melakukan survei terhadap pemuka opini kunci atau key opinion leaders (KoL) di empat kabupaten/kota strategis. Transisi energi hingga krisis iklim jadi merupakan isu krusial menjelang pelaksanaan Pilkada.

Wilayah yang disurvei, yakni Kota Palu, Kabupaten Sigi, Morowali, dan Morowali Utara. Survei ini fokus pada daerah dengan potensi bencana tinggi dan wilayah ekstraksi nikel, memberikan gambaran representatif tentang persepsi publik terkait isu transisi energi, energi terbarukan, krisis iklim, dan mineral kritis (nikel).

Survei KoL merujuk pada aktor-aktor yang memiliki pengaruh dalam mengarusutamakan suatu isu serta mengubah pandangan dan preferensi publik karena posisi dan kapasitas mereka sebagai tokoh publik. Survei berlangsung secara paralel di keempat daerah tersebut mulai dari tanggal 7-16 Juli 2024.

Peneliti Utama PolGov UGM, Hasrul Hanif mengatakan temuan utama survei KoL ini adalah publik/masyarakat Sulteng menjadikan masalah kemiskinan dan kesejahteraan menjadi isu yang paling sering dibicarakan sehari-hari di Sulteng, urutan berikutnya adalah bencana alam dan lapangan kerja. 

“Namun, krisis iklim kini mencuat sebagai isu paling mendesak yang menjadi perhatian publik menjelang Pilkada Sulteng. Berdasarkan data, sebanyak 98% masyarakat telah terpapar isu krisis iklim, menjadikannya isu paling dikenal dibandingkan dengan transisi energi, energi terbarukan, dan mineral kritis,” ujar Hasrul.

Menurut Hasrul, strategi paling efektif untuk mendorong pembahasan transisi energi, energi terbarukan, krisis iklim, dan mineral kritis dalam Pilkada Sulteng adalah memasukkan isu-isu tersebut ke dalam materi debat Pilkada.

Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia CERAH, Agung Budiono, menambahkan, Provinsi Sulteng dipilih sebagai lokasi kajian karena mewakili paradoks daerah kaya sumber daya alam, namun mengalami peningkatan kemiskinan seiring dengan menguatnya aktivitas ekstraksi. 

“Wilayah ini kaya akan mineral kritis dan sumber energi terbarukan, tetapi juga rentan terhadap bencana alam, menciptakan tantangan unik dalam perumusan kebijakan pembangunan yang harus mempertimbangkan baik aktivitas ekstraksi maupun mitigasi bencana,” tuturnya. AMR

Pos terkait