Saat Juara Dunia Terancam

ISSRIN ASSAGAF

Hingga  tulisan berita ini sampai di paragraf terakhir, panggung   sepakbola  sejagad yang bernama Piala Dunia  2018 Russia sudah melaksanakan  28 pertandingan yang  digelar sejak Kamis (14/6/2018) pukul 23:00 Wita.

Oleh : ISSRIN ASSAGAF

Wartawan Mercusuar

Di papan klasemen dari grup A hingga grup H posisi masing-masing negara relatif aman sesuai prediksi. Namun demikian kejutan besar terjadi ketika Tim Panser Jerman terseok di peringkat ketiga dibawah Mexico dan Swedia. Peringkat  tak biasa Der Panzer tersebut dipengaruhi oleh kekalahan dilaga perdana dari Mexico dengan skor tipis 0-1.

Jerman beruntung  mampu mengatasi Swedia di laga kedua penyisihan grup lewat  gol injury time Toni Kross. Apa jadinya jika saja sepakan bebas melengkung gelandang Real Madrid itu gagal menghasilkan gol kemenangan. Tentunya nasib mereka akan sama dengan Argentina yang mendapat cemooh dan olok-olok  dari pada fansnya.

Berbicara  Argentina yang terpuruk di dasar klasemen grup D tak lepas dari sosok seorang Lionel Messi.

Ditahan imbang Islandia 1-1, yang hanya berpenduduk 334, 252 jiwa menjadi noda bagi Argentina termasuk Messi yang hadir di Russia menyandang nama besar sebagai pesepakbola dunia hebat . Noda tersebut menjadi semakin sulit hilang ketika Messi dkk dihajar 3-0 oleh Kroasia.

Secara masif orang langsung menyudutkan Lionel Messi dan ‘meminta tanggung jawab’ atas hasil buruk tersebut. Bahkan oleh sebagian besar komunitas supporter yang menjadi kompetitornya di La Liga, Messi jadi bahan olok-olokkan atas kinerja kapten tim Argentina ini selama 180 menit.

Tidak salah jika ekspektasi tinggi disematkan dipundak seorang Messi untuk membawa Albiceleste juara dunia. Tampil apik bersama Barcelona di kompetisi domestik dengan memberikan gelar juara La Liga 2017/2018 yang dilengkapi dengan predikat sebagai top skor ternyata tak sejalan dengan keinginan para fansnya, terutama bagi mereka yang mengaku fans baru muncul  saat piala dunia.

Messi ‘dipaksa’ bak malaikat yang selalu memberikan kemudahan, keteduhan dan Kemenangan . Padahal mereka tidak tahu, atau tidak mau tahu kalau piala dunia ini panggung kebersamaan, panggung permainan tim. Artinya, kesalahan tim adalah tanggung jawab bersama.

Hanya secuil orang yang mempermasalahkan gol yang membuat goyah Argentina saat dipermalukan Kroasia. Padahal sikap bodoh kiper Willy Cabalero, bisa dituding sebagai biang kekalahan Argentina pada laga itu .

Tapi, Argentina belum hancur, dunia belum kiamat bagi mereka. Walaupun sulit untuk keluar dari lubang jarum grup D ke perdelapan final. Argentina wajib menggulung Nigeria di laga terakhir.  Argentina tak punya pilihan selain mengamankan tiga  poin sambil berharap bantuan Kroasia untuk mengalahkan Islandia.

Pentas piala dunia di  negara yang dipimpin Vladimir Putin itu  juga nyaris menyajikan cerita sedih bagi pemegang  terbanyak piala dunia,Brasil, tatkala ditahan imbang 1-1 oleh Swiss di lembar perdana penyisihan grup.  Tapi, dua gol Brasil yang dicetak Coutinho dan Neymar ke gawang  Serbia   di laga kedua membuka asa mereka dan sangat besar ke-16 besar.

Namun Brasil harus waspadai Serbia jika tak mau pulang lebih awal.  Meski hanya butuh satu poin, namun  kekalahan dari Serbia di laga ketiga akan membuat Brasil  terancam lolos.

Jerman adalah juara dunia 2014, Argentina pun demikian bersama Maradona di tahun 1978. Bahkan Brasil menjadi pengoleksi terbanyak dengan lima kali juara dunia. Dengan balutan pemain berkelas, satu dari tiga negara tersebut sejatinya  sangat  layak berada di ujung turnamen pada 12 Juli 2018.***

 

 

 

 

Pos terkait