No Rice 5 Minggu: Pola Hidup Sehat dengan Ubi-Ubian dan Roti Gandum untuk Diabetes Melitus

Oleh: Faizah Nur Rizqiyani (Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu)

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus meningkat di Indonesia. Menurut data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2022, jumlah penderita Diabetes Melitus di Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebanyak 23.677. Sedangkan pada tahun 2023 Diabetes Melitus menempati urutan ke 3 dari 10 penyakit terbanyak dengan 427 kasus di Puskesmas Singgani Palu. Oleh karena itu, Puskesmas Singgani memberikan inovasi untuk pasien diabetes melitus, agar tidak lupa minum obat dan gaya hidup sehat.

Diabetes Melitus dan Ketidakpatuhan Minum Obat Serta Gaya Hidup Tidak Sehat

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin. Pada kondisi ini, kadar insulin dalam tubuh dapat sedikit menurun atau tetap berada dalam rentang normal, karena hormon tersebut masih dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas. Oleh karena itu, Diabetes Mellitus Tipe 2 dikategorikan sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Berdasarkan berbagai studi, diabetes tipe ini sering muncul pada individu dengan kelebihan berat badan atau obesitas, yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan regulasi kadar glukosa darah. Selain faktor berat badan, aktivitas fisik juga berperan penting dalam pengelolaan diabetes. Aktivitas fisik dapat meningkatkan sensitivitas insulin serta membantu tubuh menggunakan glukosa sebagai energi, sehingga kadar gula darah lebih terkontrol. Namun, kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup yang tidak sehat dapat memperburuk kondisi penderita diabetes, terutama jika dikombinasikan dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan.

Hal ini terjadi pada Ny. N, seorang pasien berusia 43 tahun di Puskesmas Singgani. Ny. N mengalami kesulitan dalam mematuhi jadwal minum obatnya karena kesibukan pekerjaan dan gaya hidup yang kurang sehat. Akibat sering lupa mengonsumsi obat, kadar gula darahnya tidak terkontrol, yang menyebabkan gejala seperti sering berkeringat, mudah lelah, dan merasa haus berlebihan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang, seperti neuropati diabetik dan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan edukasi dan dukungan dari tenaga medis untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan serta mendorong perubahan gaya hidup yang lebih sehat Ny. N, seorang wanita berusia 43 tahun, telah didiagnosis dengan diabetes melitus tipe 2 selama dua tahun terakhir. Meskipun petugas kesehatan telah meresepkan metformin, glimepiride dan menyarankan perubahan gaya hidup, Ny. N sering mengabaikan jadwal minum obatnya. Alasannya, ia memiliki pekerjaan yang menuntut banyak waktu dan energi, sehingga sulit untuk mengikuti jadwal terapi yang telah ditentukan. Selain itu, pola makan yang tidak teratur dan kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan gula memperburuk kondisinya.

Petugas kesehatan pun menekankan bahwa pengobatan diabetes harus dilakukan secara rutin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Edukasi lebih lanjut diberikan mengenai pentingnya kepatuhan dalam minum obat, serta bagaimana ia dapat menyesuaikan pola hidupnya dengan rutinitas kerja agar kesehatan tetap terjaga melalui aplikasi handphone sebagai pengingat minum obat dan gaya hidup sehat NO RICE 5 minggu diubah menajdi ubi-ubian dan Roti Gandum

NO RICE 5 Minggu

Mengganti sumber karbohidrat tinggi glikemik seperti nasi putih dan roti putih dengan ubi-ubian dan roti gandum dapat membantu mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes. Selain itu, kandungan serat, vitamin, dan antioksidan dalam kedua makanan ini memberikan manfaat tambahan bagi kesehatan secara keseluruhan. Penelitian yang dilakukan terhadap pasien Ny. N, seorang wanita berusia 43 tahun dengan diabetes melitus tipe 2, menunjukkan hasil yang positif setelah menerapkan perubahan pola makan dan gaya hidup sehat. Sebelumnya, pasien mengalami kesulitan dalam mengontrol kadar gula darah akibat ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat serta pola makan yang kurang sehat. Namun, setelah diberikan edukasi intensif mengenai pentingnya pola makan rendah glikemik dan aktivitas fisik teratur, melalui aplikasi pengingat dan NO RICE 5 Minggu terjadi perbaikan signifikan dalam kondisi kesehatannya.

Perubahan dan Langkah Positif

Salah satu perubahan utama yang diterapkan adalah mengganti sumber karbohidrat tinggi glikemik seperti nasi putih dengan ubi-ubian dan roti gandum. Hasilnya, kadar gula darah pasien mengalami penurunan yang stabil yang awal kunjungan GDS 518mg/dL menjadi 135mg/dL Gula Darah puasa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pola makan berbasis sumber karbohidrat kompleks dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi lonjakan glukosa darah.

Selain itu, pasien juga mulai rutin melakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki selama 30 menit setiap hari, yang berdampak pada penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 61,9 kg dalam 5 Minggu. Penurunan berat badan ini turut berkontribusi dalam meningkatkan kontrol glukosa darah serta menurunkan risiko komplikasi diabetes.

Lebih lanjut, pasien melaporkan perubahan positif dalam kesehariannya, seperti meningkatnya energi, berkurangnya rasa lelah, serta pola tidur yang lebih baik. Studi sebelumnya telah membuktikan bahwa kombinasi diet sehat dan olahraga dapat membantu penderita diabetes dalam mengelola penyakitnya secara efektif.

Secara keseluruhan, perubahan gaya hidup yang diterapkan pada pasien Ny. N tidak hanya membantu mengontrol kadar gula darah tetapi juga meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan edukasi yang berkelanjutan dan dukungan dari tenaga medis, diharapkan pasien dapat terus menjalankan pola hidup sehat ini secara konsisten, sehingga risiko komplikasi diabetes dapat diminimalkan.

Jalani Hidup Sehat, Kendalikan Diabetes dengan Percaya Diri

Hidup dengan diabetes bukan berarti harus terus dibatasi—justru ini adalah kesempatan untuk lebih sadar dan peduli terhadap tubuh sendiri. Dengan pola hidup sehat dan kebiasaan yang baik, Anda bisa tetap aktif, produktif, dan menikmati hidup dengan penuh semangat. Kunci utama dalam mengelola diabetes adalah konsistensi dan disiplin dalam menjaga pola makan, aktivitas fisik, serta kontrol kesehatan secara berkala.

1. Pilih Karbohidrat yang Tepat

2. Aktif Bergerak Setiap Hari

3. Kelola Stres dan Istirahat yang cukup

4. Patuhi Pengobatan dan Kontrol Rutin

Tetap Termotivasi: Kesehatan Adalah Investasi Jangka Panjang

Jadikan kesehatan sebagai prioritas utama. Setiap pilihan yang Anda ambil hari ini akan menentukan kualitas hidup di masa depan. Jangan menunggu sampai timbul komplikasi untuk mulai berubah— mulailah sekarang, satu langkah kecil setiap hari. Percayalah, Anda bisa menjalani hidup sehat dengan penuh percaya diri dan kebahagiaan!

Sumber:

  1. Fatimah R.N (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung. Medical Faculty, Lampung University. Volume 4 Nomor 5. Available From: https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615/619.
  2. Husain A.A., Rombot D.V., Porajow Z.C.J.G (2022). Prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada masa pandemi COVID-19 di praktik dokter keluarga Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. Volume 10 Nomor 2. ISSN: 2337-490X. Available From: https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/JKKT/article/view/44879/40656.
  3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profile Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2022) (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profile Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2022
  4. Utomo A.A., Andira A.R., Rahmah S., Amalia R (2020). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2: A Systematic Review. Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Vol. 01 Nomor 01. Available From :https://jurnal.umj.ac.id/index.php/AN-NUR
  5. Widiasari K.R., Wijaya I.M.K., Suputra P.A., (2021). Diabetes Melitus Tipe 2: Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicina Journal. Vol. 1, No. 2. Available From : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/GM/article/view/40006/20635
  6. Hardianto D, (2020). Telaah Komprehensif Diabetes Melitus:Klasifikasi, Gejala, Diagnosis, Pencegahan, Dan Pengobatan. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia. Volume 7 Nomor 2. Available From : https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI/article/view/4209
  7. PERKENI, (2021). Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa Di Indonesia. Available From : https://pbperkeni.or.id/wpcontent/uploads/2021/11/22-10-21-Website-Pedoman-Pengelolaan-danPencegahan-DMT2-Ebook.pdf
  8. PERKENI, (2021). Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus. Available From : https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2021/11/22- 10-21-_-Website-Pedoman-Petunjuk-Praktis-Terapi-Insulin-Pada-Pasien-DiabetesMelitus-Ebook.pdf
  9. Kementerian Kesehatan RI. (2023). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. p2ptm.kemkes.go.id
  10. Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. kemkes.go.id
  11. Satija, A., et al. (2016). Plant-Based Dietary Patterns and Incidence of Type 2 Diabetes. PLOS Medicine. DOI:10.1371/journal.pmed.1002039.
  12. Colberg, S. R., et al. (2016). Physical Activity/Exercise and Diabetes: A Position Statement of the American Diabetes Association. Diabetes Care, 39(11), 2065–2079. DOI:10.2337/dc16- 1728.
  13. Fisher, L., et al. (2018). Stress and Diabetes: A Review of the Links. Diabetes Spectrum, 31(1), 58–63. DOI:10.2337/ds17-0078.
  14. Davies, M. J., et al. (2018). Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes, 2018: A Consensus Report by the ADA and EASD. Diabetes Care, 41(12), 2669– 2701. DOI:10.2337/dci18-0033.

Pos terkait