PARIGI MOUTONG, MERCUSUAR – Jembatan darurat yang menghubungkan Desa Suli dan Desa Lebagu di Kecamatan Balinggi, sudah bisa dilalui kendaraan roda dua, meskipun berbahan batang kelapa dan timbunan pasir.
Kepala Desa Suli, I Wayan Sugita kepada Mercusuar, Jumat (30/5/2025) mengatakan, jembatan permanen yang menghubungkan dua desa tetangga itu putus dihantam banjir, pada Rabu (28/5/2025). Hal itu mengakibatkan akses kedua desa itu sempat terputus selama sehari.
“Kemudian kami warga dari kedua desa bersama TNI dan Polri, menebang enam batang kelapa, yang kemudian dijadikan badan jembatan darurat. Selama beberapa jam, akhirnya jembatan darurat bisa dilalui. Untuk saat ini, hanya bisa dilalui kendaraan roda dua saja. Untuk roda empat, silakan memutar dari arah Desa Tolai,” ujar Wayan Sugita.
Menurutnya, akses tersebut sangat penting, karena jangkauan jarak yang ditempuh mengitari dua kecamatan, dengan perbedaan sekitar 13 kilometer, serta perbedaan waktu yang lumayan terpaut jauh. Perhitungannya, jika dari arah Kecamatan Sausu, atau arah Selatan jalan Trans Sulawesi menuju Desa Lebagu, hanya memerlukan waktu kurang dari 20 menit, karena jaraknya hanya sekira 1 kilometer.
Namun jika memutar dari Desa Tolai Induk Kecamatan Torue, bisa mencapai dua jam perjalanan, dengan jarak tempuh sekitaran 15 kilometer. Karena harus memutar dengan kondisi jalanan di Desa Balinggi Jati cukup parah.
Untuk diketahui, jalur yang terputus merupakan akses terdekat menuju jalan Trans Sulawesi, bagi warga beberapa desa. Di antaranya Desa Lebagu, Desa Balinggi Jati, Desa Tumpapa Indah dan Desa Malakosa. Selain itu, menjadi jalur alternatif bagi kendaraan yang mengakses Jalan Trans Sulawesi, saat banjir di perbatasan Kecamatan Balinggi dan Torue.
“Kami berharap, agar jembatan permanen secepatnya bisa dibangun. Karena khawatirnya, kalau banjir di jalan Trans, maka dipastikan kendaraan berat tidak bisa tembus. Memang jembatan ini usianya sudah cukup lama. Penopangnya sudah rapuh, sehingga patah saat dihantam banjir,” beber Wayan Sugita. MBH