Miris, SD Wana Hidup Dengan Keterbatasan

Oleh: Rustam (Wartawan Mercusuar)

Kota Palu sebagai ibu kota provinsi Sulteng, menggenjot bidang pendidikannya menjadi lebih berkualitas, yang membuat Kota Palu menjadi tolak ukur pendidikan di Sulteng. Tetapi dari upaya mewujudkan pendidikan berkualitas tersebut, ternyata masuh belum merata, sebab masih ada sekolah di Palu yang masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masih serba keterbatasan, salah satunya SD Wana yang berada di Dusun Wana, Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi.

Berbagai keterbatasan yang dialami oleh warga yang mengakses pendidikan di SD Wana, mulai dari infrastruktur jalan yang masih sulit untuk dijangkau, hingga masih banyaknya siswa yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan, kebanyakan murid di sekolah itu tidak menggunakan alas kaki ke sekolah.

Sampai saat ini belum diketahui, apakah mereka sudah tersentuh bantuan atau malah luput dari perhatian Pemerintah Kota Palu, sebab dengan kondisi seperti itu, bisa dipastikan proses belajar mengajar tidak akan maksimal. Hal itu karena jumlah guru yang mengajar di sekolah tersebut hanya berjumlah empat orang, ditambah satu kepala sekolah. Seluruh guru yang mengajar di sekolah tersebut, merupakan guru honorer yang mendapatkan upah seadanya.

Kepala SD Wana Palu, Ahmad Rianto mengatakan, pihaknya sangat membutuhkan bantuan dari Pemerintah Kota Palu, dalam upaya memberikan pendidikan yang baik kepada para murid.

“Saat ini kami membutuhkan guru tetap, sebab selama ini guru di sekolah ini masih berstatus honorer, yang bisa pergi kapan saja, karena gaji mereka terima tidak sesuai dengan beban kerja mereka. Untung saja saat ini, para guru yang ada, sudah terbiasa dan bertekad untuk bisa membantu sekolah dengan ikhlas,” katanya, Rabu (18/4/2018).

Secara umum, sekolah tersebut memang berdiri dengan segala keterbatasannya, karena jumlah siswanya yang secara keseluruhan hanya berjumlah 38 siswa, yang terdiri dari kelas I tujuh siswa, kelas II enam siswa, kelas III enam siswa, kelas IV enam siswa, kelas V delapan siswa dan kelas VI lima siswa. Untuk mengikuti ujian nasional, mereka harus menumpang di SD Salena.

“Saat ini kami hanya membutuhkan bantuan berupa seragam sekolah bagi para siswa, seperti baju, sepatu hingga alat tulis, sebab kebanyakan siswa di sekolah ini tidak memiliki sepatu dan berbagai alat lainnya. Mereka hanya bisa menggunakan seragam seadanya, untuk bisa mengikuti pendidikan di sekolah,” terangnya.

Walaupun kondisi sekolah seperti itu, para siswa tetap semangat untuk mengikuti pendidikan, karena SD tersebut merupakan satu-satunya sekolah tempat mereka menatap masa depan. Walaupun kondisinya miris dengan segala keterbatasannya, tetapi mereka tidak mengeluh sama sekali, karena mereka sadar bahwa lokasi mereka sangat sulit untuk dijangkau.***

Pos terkait