BESUSU TENGAH, MERCUSUAR – Siswa SMAN 1 Palu berhasil meraih penghargaan dalam bidang ketahanan pangan 2045, pada ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (Opsi) tingkat Nasional 2023 di Jakarta.
Siswa yang berhasil meraih penghargaan tersebut yang tergabung dalam TIM Karya Ilmiah Remaja (KIR) bernama Requelme Jhosua Jhosep dan Alehandra Wulan, yang dibina langsung oleh Guru SMAN 1 Palu bernama Ratih Pramayanti. Sementara naskah yang mereka buat pada penelitian bidang FTR yaitu, alat pendeteksi warna daun padi dalam menentukan dosis pupuk urea menggunakan Fuzzy Logic.
“Kami sangat mengapresiasi prestasi para siswa yang berhasil meraih penghargaan khusus Ketahanan Pangan 2045 pada ajang OPSI tingkat nasional di Jakarta. Tentunya ini merupakan salah satu prestasi yang sangat diakui di tingkat nasional. Walaupun tidak meraih juara satu, tetapi mereka mampu meraih penghargaan ketahanan pangan dengan judul yang mereka buat,” kata Kepala SMAN 1 Palu, Dahlan Mohammad Saleh, Senin (28/11/2023).
Sementara itu, Requelme Jhosua Jhosep dan Alehandra Wulan mengatakan, alasan membuat alat itu, karena diketahui bersama, Indonesia adalah negara yang banyak mengonsumsi beras, khususnya di Sulteng.
“Sampai-sampai ada kalimat yang sering diucapkan oleh orang daerah sini, yaitu ‘bukan makan namanya kalo tidak makan nasi’. Namun kita juga ketahui bersama, Indonesia masih mengimpor beras dari negara luar. Nah berarti ada something wrong dong yang terjadi di dalamnya. Setelah usut punya usut, ternyata salah satu alasannya adalah hasil panen padi di Indonesia yang belum sepenuhnya bagus, khususnya di daerah kita,” terangnya.
Mereka menambahkan, pertumbuhan padi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khususnya unsur hara nitrogen (pupuk urea), di mana unsur hara tersebut tidak boleh kelebihan ataupun kekurangan. Namun kebanyakan para petani daerah ini menurut mereka, masih memberikan pupuk urea menggunakan metode feeling atau perkiraan.
“Jadi kami ingin membuat suatu alat, yang diharapkan dapat membantu para petani dalam menentukan dosis yang tepat untuk tanaman padi yang ditanam tersebut. Alat ini sendiri sebenarnya sudah pernah ada yang membuatnya di tahun sebelumnya, namun komponen di dalam alatnya masih terbatas, seperti masih menggunakan sensor warna Photodioda, Mikrokontroler ATMEGA328, dan belum mendukung untuk smartphone,” tambahnya.
Sedangkan di alat yang mereka buat, menggunakan sensor warna TCS3200, Mikrokontroler ESP32, dan sudah mendukung untuk penggunaan smartphone. Proses pembuatan alat ini sendiri memakan waktu sekitar 7 bulan. Menurut mereka, alat ini masih banyak yang bisa dikembangkan seperti penggunaan platform yang lebih luas bukan hanya smartphone saja, melainkan perangkat lain.
“Maka dari itu kami berharap agar pemerintah dapat meng-support kami dalam mengembangkan alat ini,” harap mereka. UTM