Oleh: Jefrianto (Wartawan Mercusuar)
Pagi hari di akhir pekan yang cerah, membuat hiruk pikuk lalu lintas di kawasan jalan Karandjalembah, Desa Mpanau, Kelurahan Sigi Biromaru ramai. Di tengah hiruk pikuk kendaraan di ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Sigi dengan Kota Palu itu, nampak sejumlah anak muda yang bergabung dalam beberapa kelompok kecil, menyusuri ruas jalan, sambil menenteng karung.
Dengan cekatan, para anak muda ini memunguti sampah yang ada di hadapannya, kemudian memasukkannya ke dalam karung. Kelompok-kelompok kecil anak muda bermasker dan bersarung tangan ini, menyebar di sepanjang ruas jalan Karandjalembah.
Sejumlah anak muda lainnya, mengendarai sepeda motor roda tiga dengan bak terbuka, hilir mudik singgah di setiap titik kelompok kecil ini memunguti sampah, untuk mengangkut karung berisi sampah yang dikumpulkan.
Aksi pungut sampah ini, merupakan bentuk peringatan World Cleanup Day (WCD) atau Hari Bersih-bersih Sedunia, yang jatuh pada Sabtu (18/9/2021). Aksi ini dilakukan oleh sejumlah kelompok peduli lingkungan dan komunitas anak muda di Kabupaten Sigi, dengan dukungan tim Program Pengurangan Plastik (PRP) IBU Foundation melalui Domo Mo Plastik, serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sigi. Aksi ini dilakukan di sepanjang ruas jalan Karandjalembah, Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru.
SME Officer Alternate Product IBU Foundation, M. Arief Bachtiar di sela-sela aksi mengatakan, keterlibatan tim Program Pengurangan Plastik (PRP) IBU Foundation melalui Domo Mo Plastik dalam aksi ini, adalah bentuk perhatian dan dukungan IBU Foundation terhadap upaya pengurangan sampah plastik, di wilayah Kota Palu dan Sigi. Arief berharap program ini dapat berlanjut, tidak hanya di momen WCD saja, tetapi juga di momen-momen lainnya.
“Semoga aksi ini juga mendapat perhatian dari pemerintah, khususnya Pemkab Sigi, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya sampah dan pengurangan sampah, terutama sampah plastik, serta meningkatkan sistem pengelolaan sampah di wilayah itu, dalam rangka menyukseskan visi Sigi Hijau,” ujarnya seraya berharap, aksi ini dapat mendorong Pemkab Sigi, untuk melahirkan sebuah regulasi mengenai pengelolaan sampah terpadu di wilayah itu.
Sementara itu, Leader WCD Kabupaten Sigi, Muh. Ifin mengatakan, aksi WCD ini dilakukan di 187 negara di dunia, 34 provinsi di Indonesia, dengan melibatkan kurang lebih 13 juta relawan. Aksi WCD di Sigi sendiri mengambil tema Memilah Sampah Dari Rumah, dengan harapan melalui aksi ini, timbul kesadaran dari lingkaran masyarakat paling kecil, yakni keluarga, untuk memilah sampah rumah tangga yang dihasilkan. Selain itu, aksi ini juga dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik, yang tidak mudah terurai di alam.
“Di sepanjang Jalan Karandjalembah ini misalnya, banyak kami temukan sampah rumah tangga yang didominasi sampah plastik, sampah limbah B3 seperti popok, masker dan sarung tangan medis. Sampah-sampah ini, selain membahayakan manusia, juga dapat membahayakan mahluk lain seperti burung, anjing, kucing, sapi, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Aksi ini disambut positif oleh Pemerintah Kabupaten Sigi, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sigi. Kepala Seksi Pengelolaan Sampah pada DLH Sigi, Moh. Rifgal, yang juga turut bersama jajaran DLH Sigi dalam aksi ini mengatakan, aksi ini sangat penting bagi Pemkab Sigi, dalam upaya menanggulangi sampah.
“Tujuan kita, semakin bertambah penduduknya, kita malah ingin menurunkan residu sampahnya. Salah satu kegiatan selain aksi hari ini, kita sudah lakukan aksi di kawasan perumahan, dalam hal ini melakukan pemilahan sampah dari rumah. Jadi kita mengedukasi warga untuk mulai memilah sampahnya dari rumah, mana sampah organik, kering, maupun yang bisa didaur ulang, sehingga ketika dibuang tidak akan menumpuk di tempat pembuangan sampah,” ujarnya.
Rifgal juga berharap, aksi ini tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Pihaknya kata dia, mencoba mengembangkan pengelolaan sampah berbasis komunitas, dengan melibatkan banyak kelompok, termasuk kelompok anak muda.
“Kita berharap aksi seperti ini rutin kita laksanakan, misalnya sebulan sekali,” ujarnya.
Untuk mendukung aksi WCD ini kata Rifgal, DLH Kabupaten Sigi mengerahkan sekira lima truk pengangkut sampah, untuk mengangkut sampah yang dikumpulkan oleh kelompok yang mengikuti aksi, untuk selanjutnya dibuang ke TPA.
Selain aksi ini kata dia, juga dilaksanakan webinar yang menghadirkan Wakil Bupati Sigi, Samuel Yansen Pongi dan Kepala DLH Sigi, Moh. Afit Lamakarate, untuk membahas pengelolaan sampah yang melibatkan sekolah-sekolah, karang taruna, dan desa-desa yang ada di Kabupaten Sigi. Hal ini kata dia, dalam upaya mewujudkan Sigi Bersih dan Sigi Hijau.
“Pengelolaan sampah bukan hanya urusan pemerintah maupun tukang sampah, tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat di Kabupaten Sigi. Kami berharap, masyarakat jika saat ini kita masih dalam level membuang sampah, mari kita tingkatkan level kita dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya. Mari, jangan kotori Sigi dengan sampah kita,” ujarnya.
Pada akhir 2020 lalu, IBU Foundation melalui program Plastic Reduction Project, bersama mitra lokal seperti Sikap Institute, LPS HAM, Lingkar Hijau, dan Komunitas Historia Sulawesi Tengah, melakukan riset potensi timbulan sampah di Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Hasilnya sudah disampaikan ke publik pada 16 Maret 2021 di Hotel Santika Palu.
Hasil riset itu menerangkan, potensi timbulan sampah khusus di Kabupaten Sigi sebesar 19.837.144,10 kg per tahun. Sedangkan potensi sampah plastik sebanyak 3.408.143,70 kg per tahun. Tiap individu berperan dan berpotensi menghasilkan 0,227 kg per hari, sedangkan potensi hasil sampah plastik per orang sebesar 0,039 kg per hari. Jumlah sebesar itu disumbang dari berbagai sektor, seperti perumahan, perkantoran, sektor usaha, dan sektor lainnya.
Sebelumnya, pada tahun 2019, IBU Foundation juga melakukan riset situasi dan pola perilaku komunikasi di lokasi yang sama. Dari perpaduan dua penelitian ini dapat dideskripsikan, besarnya potensi produksi sampah di Kabupaten Sigi, didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pengetahuan pengelolaan sampah dan pemilahan sampah dikategorikan sebagai pengetahuan tingkat tinggi, sehingga dibutuhkan upaya serius dan beragam untuk mengenalkan pengetahuan ini sampai ke masyarakat.
Kedua, belum ada koneksi antar sektor dan bidang kerja di tingkat pemerintah yang dapat mempermudah tata kelola persampahan di Kabupaten Sigi. Inisiatif dan upaya sporadis sudah tumbuh, tetapi tidak dapat mengatasi persoalan sampah yang cukup kompleks di Kabupaten Sigi.
Ketiga, belum ditemukan pola komunikasi yang tepat untuk mengampanyekan gerakan cinta lingkungan, khususnya pengelolaan sampah terpadu di semua sektor kehidupan. Keempat, mengelola sampah belum dilirik, sebagai aktifitas yang dapat memberi manfaat ekonomi.
Dari berbagai temuan riset ini, dapat disimpulkan bahwa problematika sampah di Kabupaten Sigi bukan persoalan teknis tata kelola semata. Tantangan terbesar justru terletak pada perilaku masyarakat. Bagaimana strategi mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap sampah, hal itu yang menjadi pekerjaan besar di masa depan. Karena itu dibutuhkan desain kerjasama yang lebih luas atau multi-sektor untuk menghadapi tantangan ini, salah satunya melalui hal kecil, seperti aksi WCD ini. ***