SIGI, MERCUSUAR – Bupati Sigi, Moh Irwan Lapatta, meminta agar adat jangan dijadikan sebagai alat politik, mengingat selama ini masyarakat adat terkadang hanya diperalat ketika dibutuhkan, ketika kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan Pemilihan Legislatif (Pileg), mereka diikutsertakan, namun ketika pilkada dan pileg selesai, mereka ditinggalkan.
Demikian dikatakan Bupati Sigi Moh Irwan Lapatta, saat menghadiri rapat koordinasi (Rakor) masyarakat adat se Kabupaten Sigi, Rabu (18/4/2018). Kegiatan ini mengambil tema “Penguatan Adat Dalam Mewujudkan Kabupaten Sigi yang Maju dan Mandiri”.
Bupati menegaskan, adat tidak boleh mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan politik, biarkan adat membangun ruangnya sendiri. Kalau untuk oknumnya, tidak masalah mereka berpolitik.
“Bupati berharap, masyarakat adat ini betul-betul menjadi mitra pemerintah, karena secara formal pemerintahan terstruktur mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan Desa, sedangkan secara non formal ada dewan adat tingkat kabupaten. Hal tersebut sesuai Peraturan Daerah (Perda), untuk kecamatan ada majelis adat dan lembaga adat kedudukannya di desa,” jelas Bupati.
Kata bupati, melalui rapat koordinasi masyarakat adat ini, adat harus benar-benar menjadi kekuatan, artinya adat tersebut murni dan bersih untuk mengelola kegiatan adat ini.
Sebagai pemerintah, bupati ingin memfasilitasi kegiatan adat, serta menjadi media untuk silaturahnmi dan merumuskan program terkait dengan adat kedepan. Diharapkan melalui rapat koordinasi ini, dapat melahirkan program cemerlang.
Setelah melahirkan program, adat harus melakukan kerjasama dengan instansi teknis yakni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud), untuk membangun sebuah program, yang dapat didorong untuk dianggarkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sigi, Abd Hamid Pettalolo mengatakan, diharapkan rakor masyarakat adat ini dapat menghasilkan sebuah program.
Kabupaten Sigi kata dia, merupakan kabupaten yang kaya akan adat istiadat, kaya warisan budaya dan peninggalan situs yang belum semua tereksplor. Situs kita banyak yang masih terabaikan, rusak bahkan diperjual belikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, sehingga dirinya mengajak masyarakat adat untuk menjaga dan melestarikan budaya. AJI