SIGI, MERCUSUAR – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Tadulako (Untad), melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sidondo Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, yang dilakukan sejak Sabtu (2/6/2018). PKL tersebut dilaksanakan dengan agenda membaca lembaran Lontara Falaqiah, serta mengunjungi makam Tadulako Sidondo bernama Pue Baka Bivi.
Kegiatan PKL ini diikuti oleh 30 peserta, serta tiga dosen pendamping lapangan. Dosen penanggung jawab kegiatan, Haliadi, PhD, menjelaskan alur perjalanan kitab Falaqiah yang ditulis dengan huruf lontara ini, hingga berada di Desa Sidondo saat ini. Dirinya menerangkan, kitab tersebut ditulis oleh seorang ulama penyebar Islam di kawasan Cikoang, Sulawesi Selatan, yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan, Sayyid Jalaluddin Al-Aidid, yang kemudian disalin kembali oleh para pelayar dari Mandar, hingga membawanya kembali ke daerah asalnya, sehingga mereka inilah yang nantinya menurunkan kitab tersebut kepada keturunannya.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, yakni 2-3 Juni. Kata Haliadi, kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa Pendidikan Sejarah bukan hanya mengetahui cerita tentang adanya lontara tersebut, tetapi dapat langsung melihat dan mengkajinya secara langsung.
Lanjut Haliadi, kitab Falaqiah yang tertulis dalam aksara lontara ini, memuat tentang ilmu Falaq (ilmu perbintangan). Adapun pengkajian kitab Falaqiah tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Desa Sidondo II dengan didampingi dosen pendamping.
Selanjutnya, mahasiswa dipandu menuju kediaman Ketua Dewan Adat Desa Sidondo II, Sayyid Nurdin, untuk menyalin kembali aksara lontara dalam kitab tersebut, kemudian menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia. 30 peserta tersebut dibagi menjadi lima kelompok, di mana masing-masing kelompok mengkaji lembaran yang ditugaskan oleh dosen pendamping.
Pengkajian, penyalinan dan penerjemahan lontara ini berlangsung cukup lama, dikarenakan tidak mudah bagi mahasiswa untuk menerjemahkan dan memahami isi kitab Falaqiah tersebut. Apalagi kitab tersebut sudah berusia puluhan bahkan tahun, sehingga membutuhkan usaha ekstra untuk memahaminya.
Hal yang menjadi kendala lainnya adalah, kebanyakan mahasiswa yang hadir adalah suku Kaili dan Jawa dan hanya sebagian kecil yang suku Bugis, sehingga sedikit menemui kesulitan dalam menerjemahkan dan memahami isi kitab tersebut. Pihak dosen pendamping sampai mengundang ahli filologi dari IAIN Palu, Dr Syamsuri, untuk membantu mengkaji isi kitab Falaqiah tersebut.
Selesai menerjemahkan kitab Falaqiah, para peserta bersama dosen pendamping berkunjung ke makam salah seorang Tadulako dari Sidondo bernama Pue Baka Bivi, yang terletak di Desa Sidondo I. Kunjungan ke Desa Sidondo I ini, didampingi oleh Kepala Desa beserta Dewan Adat setempat.
Kepala Desa Sidondo II mengatakan, dirinya sangat berterima kasih telah diundang dan diajak bergabung dalam kegiatan mahasiswa Pendidikan Sejarah. Dirinya berharap kedepannya mahasiswa Pendidikan Sejarah dapat bergabung dan bekerja sama dengan mahasiswa dari IAIN Palu guna mengkaji kitab tersebut lebih jauh, agar pemahaman akan isinya, bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya. JEF