BANGGAI KEPULAUAN, MERCUSUAR – Penilaian Anugerah Masjid Percontohan dan Ramah (AMPeRa) tingkat nasional, khususnya kategori Masjid Ramah Anak dan Perempuan, dilaksanakan di Masjid Nur Hidayah Salakan, Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), akhir pekan lalu.
Penilaian itu dihadiri oleh Tim Penilai Pusat Masjid Percontohan Tingkat Nasional, yang didampingi oleh Tim dari Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng.
Masjid Nur Hidayah Salakan menjadi satu-satunya Masjid yang mewakili Provinsi Sulteng pada ajang tersebut. Tim penilai yang datang melakukan peninjauan program serta fasilitas yang disediakan oleh Masjid, yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi anak dan perempuan.
Dalam sambutannya, perwakilan tim penilai, Syahrul Apriandi menjelaskan bahwa kunjungan tersebut bertujuan untuk melakukan survei dan verifikasi, terhadap persyaratan yang telah diajukan oleh pengelola Masjid.
Hasil verifikasi tersebut nantinya akan menjadi acuan penilaian, untuk menentukan nominasi Masjid yang akan diundang pada penganugerahan AMPeRa.
Kepala Kantor Kemenag Bangkep, H. Sofyan Arsyad menyampaikan rasa bangganya karena Masjid Nur Hidayah terpilih sebagai salah satu peserta, yang bersaing dengan Masjid-masjid dari daerah dan kota besar lainnya di tingkat nasional.
“Ini sejalan dengan program pemerintah daerah, yang berkomitmen memfasilitasi semua tempat ibadah agar ramah anak. Kami berharap, seluruh tempat ibadah di daerah ini menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak-anak dan perempuan,” kata Sofyan.
Sementara itu, Pj. Bupati Bangkep, Ihsan Basir dalam sambutannya mengemukakan salah satu program utama pemerintah daerah, yakni ‘Malane Mola’ yang berfokus pada peningkatan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.
Ia menjelaskan, bahwa program tersebut berjalan seiring dengan upaya menjadikan rumah ibadah sebagai tempat yang mempererat peran orang tua dan anak dalam beribadah bersama.
“Salah satu bentuk komitmen pemerintah daerah, adalah mendukung program-program yang membuat Masjid dan tempat ibadah menjadi lingkungan yang ramah anak dan perempuan. Kami berharap, Masjid Nur Hidayah bisa menjadi contoh yang baik, tidak hanya di tingkat kabupaten, tetapi juga provinsi dan nasional,” tutur Ihsan Basir.
Komitmen tersebut, kata Ihsan, merupakan bagian dari visi untuk menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi keluarga dalam beribadah, sekaligus mendorong keterlibatan aktif orang tua, khususnya ayah, dalam membentuk karakter anak melalui kegiatan keagamaan di Masjid.
Penilaian tersebut juga diharapkan dapat menjadi langkah penting bagi Masjid Nur Hidayah, menjadi pelopor Masjid ramah anak dan perempuan di Sulteng. */IEA