BMKG Simulasi Evakuasi Mandiri Gempa dan Tsunami

Seorang warga berada di kursi roda mengikuti simulasi evakuasi mandiri saat terjadinya gempa bumi dan tsunami, di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Kamis (26/9/2024). FOTO: MUHAMMAD RIFKI/MS

PALU, MERCUSUAR – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Palu Communication Transmission Exercise 2024 di wilayah pesisir pantai Kelurahan Talise, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Kamis (26/9/2024).

Kegiatan tersebut sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja. Terutama evakuasi mandiri oleh warga setempat. Kegiatan bertepatan dengan peringatan enam tahun gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi Kota Palu pada September 2018 silam.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG,  Daryono menjelaskan kegiatan Simulasi Gempa Bumi dan Tsunami, Latihan Uji Komunikasi Kota Palu Tahun 2024 memiliki tujuan untuk memperkuat kapasitas BMKG, dalam memberikan peringatan dini gempa bumi dan tsunami yang tepat waktu dan akurat.

“Pemahaman dan kemampuan kita untuk bertindak cepat dalam situasi darurat sangatlah krusial. Kita berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi situasi bencana,” kata Daryono, pada kegiatan BMKG-JICA Palu Communication Transmission Exercise, di salah satu hotel di Palu, Rabu (25/9/2024).

Secara historis, Daryono menjelaskan, pada 2018 lalu waktu tiba gelombang tsunami di Palu adalah rentang 2—3 menit setelah gempa bumi terjadi. Namun, akibat keterbatasan teknis sistem InaTEWS, dalam mengeluarkan peringatan dini PDT-3 sebelum PDT-1 dan PDT-2 adalah 5 menit, sehingga terjadi keterlambatan informasi.

“Belajar dari kejadian di Palu, yang diakibatkan oleh longsor bawah laut disebabkan gempa bumi, di mana tsunami tiba dalam 2 hingga 3 menit, tidak cukup hanya mengandalkan pemantauan seismik yang canggih. Masyarakat di daerah berisiko tsunami harus diberikan edukasi yang baik,” ujarnya.

“Sangat penting bagi instansi terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB), untuk menentukan tindakan transmisi komunikasi yang tepat setelah gempa terjadi, sebelum adanya informasi peringatan dini dari BMKG. Pun, ketika BMKG telah mengeluarkan informasi gempa di atas M5,0 dengan kedalaman dangkal, pemerintah daerah dan masyarakat dapat bersiaga dan mulai menjauhi laut untuk evakuasi,” tutup Daryono. IKI

Pos terkait