Budidaya Udang Vannamai, DKP Gandeng TNI Sebagai Pendamping Masyarakat 

PALU, MERCUSUAR – Sulawesi Tengah merupakan provinsi kepulauan dengan panjang garis pantai 6.841,86 km, terdiri dari 1.572 pulau serta memiliki perairan laut berdasarkan kewenangan seluas 7,4 juta hektar. 

Dari data yang ada, terdapat 155.544 orang yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, pembudidaya, pengolah pemasar produk perikanan serta petambak garam. Data-data tersebut menunjukkan bahwa kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang cukup banyak memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah. 

Dengan potensi kelautan dan perikanan yang besar di provinsi ini ternyata perikanan dianggap oleh sebagian masyarakat kita cukup menjanjikan bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Namun di sisi lain, kondisi ini tidak serta merta menciptakan kondisi sosial yang baik secara signifikan. Kita masih diperhadapkan oleh berbagai isu, antara lain keterbatasan sarana dan prasarana usaha, hal ini disampaikan Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Setdaprov Sulteng, Moh. Faizal Mang pada pembukaan pelatihan Budidaya Udang Vannamei kerjasama TNI AD dan Polri  di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Rabu (30/11/2022).  

Selain itu, masih kurangnya jaminan bagi kepastian usaha serta keamanan dan keselamatan kerja, Lemahnya penguasaan iptek dan keterampilan pelaku usaha,akses terhadap iptek dan informasi yang masih terbatas, serta akses permodalan yang masih terbatas dan kelembagaan pelaku usaha yang belum berkembang dengan baik.Penyesuaian aspek regulasi bidang kelautan dan perikanan sesuai amanat undang-undang cipta kerja, tandas Faizal.

Kegiatan pelatihan budidaya udang vannamei yang diselengarakan ini adalah salah satu upaya konkrit pemerintah daerah provinsi sulawesi tengah dalam upaya mendukung visi kementerian kelautan dan perikanan yakni meningkatkan produksi udang secara nasional hingga 250 % pada tahun 2025.

Sulawesi Tengah diharapkan mampu memberikan kontribusi secara nasional sekitar 5 %, mengingat pontensi lahan tambak kita sekitar 53.812 ha dan yang terolah baru sekitar 14.965 ha (27%). Dan data produksi udang sulawesi tengah dari tahun ke tahun juga meningkat yakni dari tahun 2019 (16.549 ton). 2020 (19.042 ton), 2021 (28.085 ton).

“Besarnya potensi budidaya udang di sulawesi tengah ini belum termanfaatkan secara signifikan untuk meningkatkan pendapatan bagi para pembudidaya udang secara khusunya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor ,” Ujarnya

Ketersediaan benih dan pakan yang berkualitas, yang masih harus di datangkan dari daerah lain sehingga mempengaruhi biaya logistik menjadi semakin mahal. Sarana dan prasarana pendukung belum optimal (kincir, blower, plastik terpal hdpe, listrik), SDM pelaku usaha budidaya masih rendah terbukti dengan 90 persen pembudidaya masih menggunakan metode budidaya secara tradisional.

Penyediaan sarana rantai dingin, (cold storage, pabrik es, dll), Inovasi dan teknologi yang murah dan dapat diaplikasikan ke masyarakat. Dalam upaya peningkatan produksi diperlukan juga peningkatan inovasi dan penggunaan teknologi. Dengan adanya inovasi inovasi teknologi terapan dalam usaha perikanan budidaya dapat meningkatkakan efisiensi, dan keberlanjutan dalam usaha perikanan budidaya, urai Faizal.

“Saya berharap dengan adanya kerjasama TNI AD, Polri dan Pemda Sulawesi Tengah, dapat mendorong peningkatan SDM pembudidaya, karena TNI AD dan Polri juga memiliki banyak sumberdaya dilapangan yang dapat menjadi pelopor dan pendamping bagi pembudidaya udang. Pendampingan sangat penting dalam upaya peningkatan produksi sesuai dalam pencapaian misi ketiga provinsi yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan penguatan kelembagaan sebagaimana visi kita yaitu gerak cepat menuju Sulteng yang lebih sejahtera dan lebih maju,” bebernya.  

Menilik pembangunan sulawesi tengah 5 tahun ke belakang, sektor pertanian termasuk di dalamnya tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan serta kelautan dan perikanan diharapkan mampu memberikan kontribusi dominan terhadap PDRB. Sektor ini cukup banyak menyerap tenaga kerja.

“Namun ironisnya kontribusi angka kemiskinan justru paling banyak terjadi pada sektor tersebut dimana untuk perikanan saja terdapat 17.275 rumah tangga perikanan yang masuk kategori miskin. Kondisi ini memerlukan perhatian kita bersama untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan saja menjadi tugas provinsi, namun andil dari semua stakeholders sangat dibutuhkan. Saya harap dari kegiatan pelatihan ini mampu menghasilkan tenaga tenaga teknis yang mampu membantu masyarakat pembudidaya dilapangan,”ungkap Faizal.

Sebelumnya Kadis DKP Sulteng Arif Latjuba mengatakan Sulawesi tengah memiliki panjang garis pantai 6.841,86 km, dikelilingi oleh empat perairan yaitu selat makassar, laut sulawesi, teluk tomini dan teluk tolo dengan luas laut 7.450.266,11 ha. Produksi perikanan sulawesi tengah mencapai 939.907,08 ton pada tahun 2021 dimana total produksi perikanan tangkap 207.940,5 ton dan perikanan budidaya 731.966,59 ton,

Dengan potensi tersebut, pembangunan kelautan dan perikanan diharapkan  dapat menjadi salah satu penopang pembangunan sulawesi tengah yang berpihak pada penyediaan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Pontensi perikanan budidaya perikanan sulawesi tengah sangat besar, dimanana budidaya udang sulawesi tengah menunjukan trend yang positif 3 tahun terakhir tahun 2019 (16.549 ton). 2020 (19.042 ton), 2021 (28.085 ton). 

“Luas potensial kita sebesar 53.812 ha dan yang terolah baru sekitar 14.965 ha (27%). Potensi udang yang dapat dikembangkan di Sulawesi Tengah yang tengah menjadi primadona dunia saat ini adalah udang Vannamei, dimana udang jenis ini dikenal lebih tahan terhadap penyakit dan dapat dibudidayakan dalam padatan yang tinggi sehingga pada akhirnya memiliki produktivitas yang tinggi juga. Selain udang Vannamei juga Sulawesi Tengah mampu memproduksi udang jenis windu. Udang jenis Windu saat ini juga menjadi perhatian KKP untuk tetap dikembangkan,” jelasya. 

Maka perlunya pengembangan budidaya udang di sulawesi tengah sangat diperlukan mengingat udang merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat mendorong fiskal daerah kita. Selain komoditas udang yang dibudidayakan di tambak, kita juga terus mengembangan budidaya ikan payau lainnya yakni ikan bandeng. Dimana ikan bandeng memiliki permintaan yang tinggi baik dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor, dimana negara negara yang menjadi tujuan ekspor banyak dari negara negara timur tengah.

Dalam upaya mengenjot produktivitas dan peningkatan fiskal Sulawesi Tengah. Keterlibatan TNI AD dan Polri dalam hal ini adalah untuk membantu pemda Sulawesi Tengah dalam upaya pendampingan pendampingan di masyarakat.

Seperti kita ketahui TNI AD dan Polri memiliki sumberdaya manusia yang melimpah, dan dapat menjadi pendamping dimasyarakat, dan untuk itulah maka para personil TNI AD dan Polri perlu diberikan sarana pelatihan agar mampu menjadi pendamping di masyarakat. Selain itu dengan adanya pelatihan ini personil yang dilatih bila memasuki masa purna tugas dapat menjadi bekal ilmu dan pengalaman di kemudian hari. ABS

Pos terkait