PALU, MERCUSUAR – Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH sebagai pelaksana, dan Olam Food Ingredients (Ofi), Rabu (1/12/2021), secara resmi meluncurkan proyek kerja sama untuk membangun rantai pasokan kakao yang berkelanjutan, transparan, dan bebas deforestasi di wilayah Cagar Biosfer dan Taman Nasional Lore Lindu di Sulteng.
Wilayah CBLL dengan salah satu hutan hujan pegunungan terbesar yang tersisa di Sulawesi, memiliki keanekaragaman hayati yang unik, serta beragam situs budaya dan arkeologi, dan merupakan lokasi yang penting secara ekologis dan kultural.
Peluncuran tersebut dilakukan oleh Koordinator Substansi Pemasaran Hasil Perkebunan mewakili Plt Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) selaku national Project Direktur Sasci, Dr. Normansyah H. Syahruddin, Hotel Santika Kota Palu, Rabu (1/12/2021).
Wilayah ini juga merupakan rumah bagi penduduk lokal yang bergantung pada perkebunan kakao, sebagai sumber mata pencaharian mereka. Sayangnya, hasil panen serta harga di tingkat pekebun yang rendah di wilayah ini, menyebabkan pendapatan dari kakao semata seringkali tidak mencukupi untuk memastikan pemenuhan pendapatan hidup layak bagi pekebun.
Proyek berdurasi 4 (empat) tahun ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan 4.000 pekebun untuk mendapatkan pendapatan layak untuk menghidupi keluarga mereka serta kebutuhan untuk melindungi lanskap dan ekosistem yang berharga di wilayah CBLL dengan mempromosikan agroforestri, di mana kakao dibudidayakan bersamaan dengan pepohonan dan buah-buahan lokal untuk membantu restorasi lahan, serta membantu pekebun melakukan diversifikasi dan meningkatkan pendapatan mereka.
Dalam rangka memastikan rantai pasok kakao yang dapat dilacak dan transparan, Ofi akan menerapkan penggunaan Sistem Informasi Petani dan Olam (Olam and Farmers Information System /OFIS), sebuah sistem digital yang dapat menelusuri produk kakao ke pekebun atau komunitas asalnya, demikian dikatakan Head of Sustainability ofi Cocoa Indonesia Imam Suharto.
Sistem ini juga mengumpulkan data keberlanjutan yang penting untuk memantau dan mengukur keberhasilan proyek, mulai dari pemetaan Sistem Pemosisian Global (Global Positioning System / GPS) yang mengidentifikasi risiko deforestasi dan informasi tingkat pendapatan, sampai kepada pemantauan dan remediasi pekerja anak.
Lebih lanjut, Ofi juga akan menyediakan pelatihan dan pendampingan lapangan, untuk membantu pekebun memaksimalkan hasil perkebunan mereka tanpa memberikan dampak buruk pada lingkungan.
“Kami sangat senang mendapat kesempatan untuk membawa pengalaman yang kami kembangkan selama 17 tahun dalam melaksanakan program berkelanjutan di Indonesia, ke dalam proyek kerja sama dengan GIZ untuk membantu melindungi, wilayah yang penting ini,” ujarnya.
Program ini, yakni dengan menyediakan dukungan alat dan pelatihan yang tepat bagi pekebun, yang dapat memberdayakan mereka menjadi penjaga lingkungan, tanpa mengurangi kemampuan mereka untuk menghidupi keluarga mereka.
Perwakilan Edwar mengatakan, dirinya sangat merespon peluncuran kerja sama GIZ dan ofi Indonesia untuk rantai pasok kakao berkelanjutan di Cagar Biosfer Lore Lindu.
Setelah peluncuran kerja sama itu, GIZ akan menyusun rencana mulai dari program kegiatan, hingga anggaran.
Sementara itu, Camat Kulawi Selatan, Rudolf Djiloy sangat mendukung kegiatan ini. Oleh karena itu, kami akan bersinergi dengan penyuluh untuk mensosialisasikan program pemberdayaan tanaman kakao kepada masyarakat.
Hadir dalam kesempatan itu, Kadis Peternakan dan Perkebunan Sulteng, Maya Malania Noor, Camat Kulawi Selatan Rudolf Djiloy, Sekcam Pipikoro, Kabid Perkebunan Distanhorbun Sigi dan BPTP Sulteng, Provincial Coordinator Central Sulawesi GIZ, Dr. Ismet Khaerudin. AJI