Inovasi Banua Ntovea – Puskesmas Kamaipura Fokus Turunkan Stunting

FOTO PUSEKESMAS SIGI

SIGI, MERCUSUAR – Desa Sibalaya Barat, Kecamatan Tanambulava merupakan salah satu desa yang menjadi prioritas penanganan stunting di Kabupaten Sigi tahun 2020.

Hal ini berdasarkan pemaparan Kepala Puskesmas Kamaipura, dr Diah Ratnaningsih saat peninjauan lokus desa Aksi Penurunan Stunting Banua Ntovea, Kamis (1/10/2020).

Dikatakannya, salah satu bentuk menuju desa sehat dalam program itu, yakni melalui inovasi Banua Ntovea (Rumah Sayang). Dimana program iTU terbentuk sejak adanya rembuk stunting.

Lanjutnya, Banua Ntovea atau rumah sayang setiap minggunya rutin melakukan pengecekan atau pemantauan penimbangan dan ukuran tinggi badan terhadap balita penderita stunting.

“Kami terinspirasi dalam membuat inovasi rumah-rumah kecil yang disuguhkan di depan rumah warga guna pemberian asupan makanan tambahan dari desa,” ujar dr Diah.

Tambahan inovasi lainnya yang tak kalah penting, katanya, yaitu ‘KUTANAM JAHE’ yang dalam artian yakni Kurangi Stunting Tanambulava Jaya, Sehat dan Energik. Dengan misi satu Kecamatan Tanambulava yang berarti Kecamatan Jahe, yang bertujuan mengajak warga untuk menanam jahe. “Jahe juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas tubuh yang bisa melawan virus corona di era pandemi sekarang ini. Program ini sebenarnya sudah lama berjalan diwilayah kerja Puskesmas Kamaipura Desa Sibalaya Barat, terlebih inovasi ini juga didukung serta di support oleh pihak NGO dan disini para warga diwajibkan memiliki tanaman jahe disekitar rumahnya, yang bertujuan agar peningkatkan berat badan bagi balita penderita stunting bisa terwujud kembali,” terangnya.

Sementara Kepala Bidang (Kabid) Kesmas Dinas Kesehatan (DInkes) Sigi, dr Rika F Sakaruddin mengungkapkan bahwa lokus itu berdasarkan kajian kriteria melalui data cakupan program intervensi percepatan penurunan stunting, yakni jumlah stunting, data kesehatan ibu dan anak, konserling gizi, kebersihan, pengasuhan orang tua, kondisi air minum dan sanitasi, data Paud, perlindungan sosial, hingga data ketahanan pangan.

“Walaupun didesa itu tidak ada bayi penderita stunting namun mencakup kriteria pendukung dalam penanggulangan stunting, maka termasuk dalam desa lokus tersebut,” jelas dr Rika.

“Hal ini sebagai upaya dalam memutus mata rantai siklus kemiskinan dan kekerdilan di Sigi,” lanjutnya.

Sementara itu, Huriah Hasanuddin Atjo selaku ketua tim panelis aksi penurunan Stunting Provinsi Sulteng mengatakan penilaian kinerja pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi merupakan proses penilaian kemajuan kinerja kabupaten/kota dalam melakukan upaya untuk memperbaiki konvergensi intervensi gizi (spesifik dan sensitif).

Tujuan penilaian kinerja yaitu memberikan informasi tentang aspek kinerja apa saja yang sudah baik atau masih perlu ditingkatkan dari setiap Kabupaten/Kota.

“Dengan adanya penilaian ini, diharapkan stunting di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya bagi Kabupaten Sigi dapat berkurang,” tutupnya.

Pada kesempatan itu, Puskesmas Kamaipura memberikan sertifikat penghargaan yang bertuliskan ‘Lulus Aksi Ekslusif 6 Bulan’ kepada warga desa. BAH

Pos terkait