Jangan Panik Saat Terkena Corona, Hadapi dengan Cinta

TULISAN TEMU-33107bf4
FOTO: Agus Lamakarate di sela aktivitasnya sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sigi. FOTO: IST

Jangan panik saat terpapar Corona atau COVID-19. Kepanikan hanya akan membuat kondisi kesehatan makin menurun. Demikian, pengalaman Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sigi, Dr Agus Lamakarate, saat COVID-19 berhasil menembus imunitas dirinya.

 

Oleh: Temu Sutrisno

 

Agus bercerita, sejak meninggalnya Komisaris Utama PT. BPST, Iwan Yunus karena Covid 19, dirinya sangat terpukul.

“Saya sangat terpukul. Betapa tidak, hampir setiap saat kami bersama dalam setiap kegiatan di kawasan ekonomi khusus (KEK) Palu, mulai dari rapat hingga  kegiatan di luar daerah, bahkan luar negeri sekalipun,” katanya.

Almarhum Iwan bagi Agus yang juga menjabat sebagai direksi di PT. BPST adalah tipe pekerja keras, sekaligus motivatornya dalam menghadapi tantangan di lapangan. S

“Sehingga kepergian beliau membuat kami merasa sangat kehilangan. Kewaspadaan saya sejak saat itu terus saya tingkatkan. Apalagi saya juga punya aktivitas cukup intens  membantu masyarakat di lapangan sebagai ketua PMI Sigi,” tuturnya.

Meski menerapkan protokol kesehatan sangat ketat, akhirnya COVID-19 berhasil menembus pertahanan Agus. Tepatnya di pertengahan Desember 2020,  didahului dengan flu biasa dan rasa meriang, kemudian sakit menelan.

“Akhirnya saya periksakan diri di lab dan dinyatakan positif Covid 19,” ingat Agus.

Sebagai manusia biasa, setelah mengetahui hasil lab, Agus sempat drop. Namun seluruh keluarga, terutama isteri dan anak-anak terus memberikan kekuatan dan motivasi untuk tetap semangat menjalani masa pemulihan.

“Awalnya pemulihan saya lakukan dengan isolasi mandiri di rumah, makanan dan vitamin diatur dengan sanga baik oleh isteri, hingga hari keempat saya sudah merasa lebih baik. Namun mengingat di rumah juga ada mertua yang berusia lanjut, saya putuskan untuk melakukan pemulihan lanjutan di Badan Diklat Provinsi, yang merupakan tempat peratawatan darurat yang disiapkan pemerintah. Alhamdulillah kondisi tempat isolasi sangat kondusif, perawatnya yang sangat care, ramah, dan tempat bersih membuat pemulihan berjalan cepat,” kenang Agus.

Cepatnya pemulihan lanjut Agus, tidak terlepas dari dukungan dan komunikasi intens dengan keluarga. 

“Cinta dan dukungan keluarga, saya rasakan sebagai obat dan penyemangat. Meski hanya  komunikasi melalui WA dan telpon, rasanya seperti obat yang paling mujarab diantara obat medis dlm masa percepatan penyembuhan,” kata Agus.

Menurut Pakar Penyakit Menular dr Faheem Younus, dengan tingginya kasus COVID-19 di tanah air saat ini, maka semua orang sudah harus aware bagaimana cara menghadapinya jika suatu saat dinyatakan positif. Panik, bukanlah hal yang harus ditunjukkan ketika menerima hasil diagnosa lab.

Perlu diwaspadai, kecemasan berlebihan justru membuat sistem imun menurun. Padahal, untuk mencegah virus diperlukan daya tahan tubuh yang baik.

Ketika stres dan panik, tubuh akan melepaskan kortisol ke aliran darah. Kondisi ini bisa menekan sistem imun pada tubuh dan membuatmu menjadi lebih rentan terhadap penyakit.

Dikutip dari Healthline, kecemasan dapat memicu respons stres dan melepaskan banyak bahan kimia dan hormon, seperti adrenalin ke dalam sistem tubuh. Dalam jangka pendek, ini meningkatkan denyut nadi dan laju pernapasan, sehingga otak bisa mendapatkan lebih banyak oksigen.

Sistem kekebalan tubuh bahkan mendapatkan dorongan singkat. Dengan stres sesekali, tubuh kembali berfungsi normal ketika stres berlalu. Tetapi jika berulang kali merasa cemas dan stres atau itu berlangsung lama, tubuh tidak pernah mendapat sinyal untuk kembali berfungsi normal.

Dikutip juga dari Cleveland Clinic, tingkat kecemasan yang tinggi juga dapat menyebabkan depresi, bahkan bisa mengarah ke tingkat peradangan yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang, tingkat peradangan tinggi mengarah ke sistem kekebalan yang terlalu banyak bekerja dan lelah yang tidak dapat melindungi tubuh dengan baik.

Pengalaman Agus menghadapi COVID-19 dengan dukungan dan cinta keluarga, mendapatkan sandaran ilmu kesehatan. Hal tersebut telah dibuktikan lewat riset yang diterbitkan dalam Journal Psychoneuroendocrinology. Dalam riset tersebut, peneliti mengungkap bahwa cinta dapat meningkatkan aktivitas gen tertentu, termasuk gen yang berperan untuk melawan virus. Melansir laman Insider, riset tersebut dilakukan dengan meneliti 47 wanita, di mana pada awal riset semua peserta baru saja memiliki kekasih atau berada dalam hubungan romantis.

Peneliti menemukan adanya peningkatan aktivitas gen daya tahan tubuh pada semua peserta. Namun, peningkatan aktivitas gen tersebut tidak ditemukan pada peserta yang telah berpisah dengan pasangannya. Memiliki pasangan memang membantu untuk keluar dari kesepian yang berefek buruk pada kesehatan fisik dan mental.

Para ahli telah membuktikan, bahwa kesepian dapat memicu peradangan, meningkatkan risiko penyakit jantung, dan depresi.

Selain membantu mengusir kesepian, para ahli telah membuktikan berbagai manfaat cinta dan kasih sayang, diantaranya memiliki ikatan sosial yang kuat bisa memperpanjang usia. Sebaliknya, ikatan sosial yang buruk juga bisa meningkatkan risiko kematian dini hingga dua kali lipat.

Sementara cinta cinta, pernikahan, dan ikatan sosial yang kuat dapat menyeimbangkan tekanan darah dan hormon stres kortisol dalam tubuh mengalami penurunan yang bermanfaat untuk kesehatan. Sebaliknya, isolasi sosial justru dapat membuat tekanan darah dan detak jantung meningkat.

Sebagai penyintas COVID-19 dan juga aktivis kemanusiaan di PMI, Agus berpesan bahwa virus itu ada dan dapat menyerang siapapun dan kapanpun.

“Kita sebaiknya taat Prokes COVID-19, jaga imun agar tidak drop dan jangan lupa berdoa. Kasih sayang, cinta, dan dukungan keluarga adalah obat terbaik untuk mempercepat kesembuhan, seraya kita memohon perkenan Allah SWT Tuhan Yang Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Menentukan Segalanya. Mari kita sayangi orang-orang di sekitar kita. Jangan sampai kita menjadi penghantar penularan COVID. Jaga diri dengan protokol kesehatan, olahraga, dan asupan gizi yang cukup. Semoga pandemi cepat berlalu, kita semua sehat dalam lindungan Allah SWT,” ujar Agus mengakhiri kisahnya. ***

Pos terkait