Peningkatan COVID-19 di Poso Disebabkan Hasil Rapid Antigen

POSO-118b4744
FOTO: Musdar

POSO, MERCUSUAR Jumlah warga Kabupaten Poso yang terpapar Covid-19 dari hari ke hari terus mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, lonjakan terjadi hampir merata di semua wilayah. Tak heran jika Poso kemudian menjadi salah satu wilayah di Sulteng, yang memberi kontribusi cukup besar dalam hal peningkatan penyebaran COVID-19.

Berdasarkan laporan harian surveilans ketat Dinas Kesehatan Kabupaten Poso dalam sepekan terakhir, rata-rata penambahan jumlah warga yang terpapar COVID-19, berkisar 20 hingga 50 orang dalam setiap harinya. Angka ini merupakan rekor baru dalam jumlah peningkatan kasus COVID-19 di daerah ini dalam setahun terakhir.

Hingga Rabu (28/7/2021), secara akumulatif, jumlah warga yang terkena COVID-19 mencapai 821 terkonfirmasi, 88 meninggal dunia, 2.254 sembuh dan total terkonfimasi secara keseluruhan mencapai 3.163 kasus.

Terkait hal itu, Sekretaris Satgas COVID-19 Poso, Musdar mengkonfirmasi tingginya kasus COVID-19 di Poso, yang masuk dalam daftar surveilans, karena jumlah akumulatif warga yang reaktif berdasarkan Rapid Antigen, lebih tinggi dibandingkan warga reaktif berdasarkan hasil Swab PCR.

Hal itu dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen Dalam Pemeriksaan COVID-19.

“Setelah ada aturan dari Menteri Kesehatan, sekarang yang reaktif hasil Rapid Antigen dinyatakan positif COVID-19, kalau dulu kan tidak. Itu dilakukan lebih ke pencegahan antisipasi penyebaran COVID-19 di masyarakat. Masyarakat lebih mendapatkan peringatan, agar menjaga imun dan tidak melakukan kontak ke orang lain,” sebutnya, Rabu (28/7/2021).

Menurutnya, jumlah warga yang positif COVID-19 di Poso, kebanyakan warga menjalani tes Rapid Antigen, bukan berdasarkan hasil Swab PCR. Namun jika warga yang mempunyai gejala tinggi setelah dilakukan tes Rapid, akan dilakukan Swab PCR.

“Warga reaktif berdasarkan hasil Swab PCR, hanya berkisar 20 hingga 30 persen. Sementara hasil reaktif Rapid Antigen mencapai 70 persen,” ungkapnya.

Musdar menambahkan, kini warga yang reaktif hasil Rapid Antigen lebih banyak melakukan isolasi mandiri di rumah. Batas waktu isolasi mandiri hingga sepuluh hari setelah dinyatakan sembuh.

“Lebih baik banyak data yang positif agar petugas dan pemerintah segera melakukan pencegahan ketat, dengan jalan memberikan obat serta antisipasi lainnya. Sebaliknya, jika tidak ada data yang reaktif, takutnya susah dideteksi dan banyak yang meninggal,” jelasnya.

Pihak Satgas COVID-19 Poso berharap, masyarakat tetap membantu pemerintah untuk terus mencegah COVID-19, dengan memakai masker, tidak berkumpul dan lakukan prokes pencegahan lainnya. ULY

Pos terkait