POSO, MERCUSUAR – Pesisir danau Poso di Desa Taipa, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, mengalami abrasi dan penurunan tanah (downlift) sekitar 10 are yang menyebabkan pesisir terancam tenggelam, sehingga warga disekitar pesisi disarankan untuk relokasi.
Mantan kepala desa (Kades) Taipa, Weliones Gintu mengatakan, sebanyak 34 Kepala Keluarga (KK) mendiami pinggiran danau Poso, Desa Taipa. Pemukiman warga di pesisir terancam tenggelam akibat abrasi dan penurunan muka tanah
Menurutnya, sudah terjadi penurunan sekitar 10 are atau 0,1 hektare dipesisir danau. Salah satu factor yang menyebakan terjadinya abrasi dan penurunan karena adanya gempa bumi dan proyek Poso River improvement atau proyek pengerukan dasar mulut danau Poso oleh PT Poso Energy kearah sungai Poso sepanjang 12,8 kilometer.
“Kalau abrasi dan penurunan tanah terus terjadi dan tidak ada langkah antisipasi, maka pemukiman warga yang ada di pesisir terancam tenggelam,” kata Weliones, Senin (12/9/2022).
Saat ini kata dia, jarak bibir danau dan pemukiman warga semakin dekat. Jaraknya sekitar sekitar 30 meter.
Weliones mengungkapkan bahwa tahun 2018 Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS), telah membangun tanggul di pesisir danau sepanjang 700 meter, sehingga ombak danau tidak langsung menghantam permukiman warga.
Pemerintah desa kata dia, telah mengimbau untuk tidak lagi mendirikan atau merenovasi bangunan dekat pesisir danau, bahkan meminta untuk pindah lokasi pembangunan .
“sampai saya pensiun sebagai kades belum ada warga yang tinggal dipesisir danau yang relokasi, sebab relokasi membutuhkan biaya besar,”pungkasnya.
Sementara itu, akademisi Universitas Tadulako, Ir. Abdullah mengatakan, terkait dengan penurunan permukaan tanah di Desa Taipa, dirinya pernah menyampaikan ke warga setempat, kalau ada rezeki, maka rumah-rumah yang di tepi danau tidak usah diperbaiki.
“Tapi rezeki tersebut sebaiknya digunakan untuk beli tanah yang agak jauh dari tepi danau, lalu bikin rumah baru di tanah itu,” kata pakar gempa Sulteng tersebut.
Ia mengatakan, penyebab penurunan permukaan tanah tersebut adalah formasi batuanya merupakan lapisan sedimen yang porositasnya tinggi.
“Jika ada gempa dengan Magnitudo 6keatas, dan pusatnya relatif dekat dengan permukiman tersebut maka bisa terjadi seperti di Tompe dan Lompio, selain itu, juga rawan tsunami,” bebernya.
Ia menambahkan, Desa Taipa dilalui sesar Poso, sangat bisa berpotensi tsunami, apalagi danau Poso 1,5 kali lebih luas dibanding teluk Palu.
“Pun kalau permukaan air tanahnya dangkal dan terjadi gempa dengan Magnitudo > 6 maka bisa terjadi likuefaksi,” menyudahi. TIN