Simulasi Penyelamatan Kecelakaan Pesawat, Gunakan Format FSE, Penumpang Kaget Lihat Asap

AKSI penyelamatan penumpang, akibat musibah kebakaran pesawat di landasan pacu, dalam simulasi metode FSE di Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu, Kamis (14/11/2024). FOTO: AMAR SAKTI/MS

Badan Layanan Umum (BLU) Unit Penyelenggara Bandar Udara (Bandara) Mutiara SIS Aljufri Palu, terus memaksimalkan pelayanan jasa penerbangan. Pada Kamis (14/11/2024), pihak Bandara untuk kali pertama menggelar simulasi dengan metode Full Scale Excercise (FSE) atau latihan skala penuh yang melibatkan banyak pihak terkait. 

MOHAMMAD MISBACHUDIN – WARTAWAN MERCUSUAR

Asap mengepul di jalur runway atau landasan pacu diikuti dengan kobaran api. Sejurus kemudian raungan sirene pemadam kebakaran menyita perhatian publik Bandara. Hari itu, sebuah pesawat terbang mendarat dalam keadaan terbakar, akibat cross wind.

Menariknya, beberapa calon penumpang yang ada di Bandara kaget, bahkan ada yang sempat panik karena mendengar sirene pemadam, dan ingin menunda penerbangan.

“Pak, ada pesawat terbakar. Jadi bagaimana ini, takut juga kita, le,” teriak salah seorang calon penumpang, dengan menempelkan ponsel di telinganya.

Kondisi itu menambah ‘aura’ simulasi menjadi lebih menarik dan terasa riil. Ya, kejadian tersebut merupakan simulasi penyelamatan pesawat, yang digelar Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu.

Wajar jika sebagian publik bandara kaget. Karena selama ini, belum ada penanggulangan darurat bencana kecelakaan pesawat dengan metode FSE yang melibatkan banyak pihak, bahkan dalam kemasan simulasi, yang dibuat mirip betul dengan kecelakaan sebenarnya.

“Kami memang tidak main-main dalam melakukan simulasi. Dengan metode FSE, kami all out, bahkan ada properti pendukung yang kami siapkan sangat mirip dengan aslinya,” kata Kepala Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu, Rudi Richardo kepada Mercusuar usai gelaran simulasi.

Rudi mengatakan, pada beberapa kesempatan sebelumnya, simulasi digelar dengan metode Table Top Excercise (TTX), yang skalanya tidak besar. Pada gelaran dengan metode FSE, ada beberapa catatan yang bisa dijadikan panduan, termasuk di antaranya adalah metode komunikasi, faktor psikologis, dan kematangan perhitungan dalam mencegah munculnya musibah ikutan lainnya.

Ia menerangkan, FSE juga bisa dijadikan patokan dalam upaya membangun strategi mitigasi, agar tingkat keamanan dan kenyamanan di Bandara lebih baik lagi. Hal itu akan berpengaruh terhadap layanan publik di Bandara.

“Musibah tidak bisa dihindari. Namun kita manusia bisa mencegahnya, dan kemudian meminimalisir jumlah kerugian dan korban,” tekan Rudi.

Ia juga menekankan, tindakan mitigasi ataupun tindakan darurat tidak bisa dilakukan, jika tidak ada simulasi. Sebab tindakan yang dilakukan tanpa ukuran, bukannya menyelesaikan masalah, tetapi justru akan menambah masalah baru.

Pelibatan semua pihak yang punya kompetensi dalam melakukan penyelamatan dalam format skala penuh, juga menjadi bagian terpenting. Karena kata Rudi, pihaknya bisa mendapatkan bayangan tentang sebuah strategi tindakan penyelamatan.

“Ini semua kami lakukan untuk hal yang lebih baik,” pungkas Rudi. ***

Pos terkait