PALU, MERCUSUAR – Tim Universitas Tadulako (Untad) melalui program Riset Keilmuan Hibah Riset Kemanusiaan dari Kemendikbudristek dan LPDP, melaksanakan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Minapolitan Rumput Laut Sebagai Upaya Menekan Tingkat Kemiskinan Akibat Bencana Gempa Bumi, Tsunami dan Pandemi Covid”. Tim yang melibatkan mahasiswa dari tiga program studi, yakni Akuakultur, Peternakan dan Pendidikan Geografi ini beranggotakan sembilan orang, yakni Dr. Ir. Zakirah Raihani Ya’la, M.Si, IPM (ketua), Dr. Ir. Dwi Sulistiawati, MP (anggota), Ir. Rahmawati, S.Si, M.Si, IPM (anggota), Jihan Fadhila, S.Pd (Riset MBKM), Feby Sela (Riset MBKM), Moh. Syahbuddin (Riset MBKM), Pingkan Chindy Agnesia Manopo (Riset MBKM), Nasrudin (Riset MBKM), Yusuf kelana putra (Riset MBKM), Wahyu Setiawan (Riset MBKM).
Ketua tim peneliti, Dr. Ir. Zakirah Raihani Ya’la, M.Si, IPM, Senin (26/9/2022) menjelaskan, gempa berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang Donggala pada 28 September 2018, menyebabkan gangguan pasokan listrik ke masyarakat di wilayah tersebut. Kejadian tersebut menyebabkan ribuan bangunan rubuh, termasuk pembangkit listrik yang menyebabkan penerangan terganggu.
Imbas dari terjadinya tsunami melanda Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) dan Kota Palu, menyebabkan perekonomian lumpuh total, terutama masyarakat yang mendiami wilayah pesisir. Kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Parmout dan sekitar Kota Palu gagal total, sedangkan di Kabupaten Donggala sekitar 20 persen saja yang berhasil diselamatkan hingga hari ini.
Masalah ini menurutnya sangat meresahkan pembudidaya, karena sumber ekonomi mereka hanya semata-mata dari penjualan rumput laut. Kondisi ini diperparah dengan pandemi Covid-19. Ketidakpastian, kebingungan, dan keadaan darurat yang diakibatkan oleh Covid-19, dapat menjadi stressor bagi banyak orang. Ketidakpastian dalam mengetahui kapan wabah akan berakhir, membuat banyak golongan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah, bingung memikirkan nasib mereka.
Kondisi ini juga terjadi di Provinsi Sulteng, termasuk Kabupaten Donggala. Keterpurukan ekonomi juga melanda masyarakat, yang sebagian besar yang menggantungkan hidupnya dari hasil alam, termasuk rumput laut. Hal ini diperparah dengan permintaan rumput laut kering yang berkurang, sehingga banyak rumput laut kering masih menjadi stok sampai sekarang.
Dr. Zakirah menjelaskan, tujuan khusus penelitian ini, di antaranya mengkaji kesesuaian fisik dan kimia perairan perairan lokasi budidaya rumput pascagempa, tsunami di Kabupaten Donggala, mengkaji potensi dan produksi rumput laut pascagempa dan tsunami serta pandemi Covid-19 di Kabupaten Donggala, menganalisis tingkat pendapatan pembudidaya rumput laut saat penurunan minat ekspor karena pandemi Covid-19, menyusun strategi pengelolaan minapolitan sumberdaya kelautan dan perikanan, khususnya rumput laut sesuai dengan tata ruang kawasan budidaya, kelembagaan nelayan dan pembudidaya.
Metode yang digunakan meliputi, analisis kesesuaian fisik dan kimia perairan, serta analisis SWOT. Adapun luaran penelitian ini meliputi jurnal terindeks Sinta, jurnal internasional terindeks scopus, HAKI, hak cipta, dan video publikasi dan publikasi dan media massa
Hasil penelitian menunjukkan, kondisi sosial ekonomi pembudidaya rumput laut di Desa Lalombi dan Desa Surumana, Kecamatan Banawa Selatan sangatlah baik, karena dengan hasil budidaya rumput laut dapat memenuhi kebutuhan keluarga pembudidaya, tetapi karena bencana tersebut, banyak dari pembudidaya yang terdampak, sehingga banyak yang beralih ke pekerjaan lainnya, dikarenakan rusaknya alat-alat budidaya dan harga pemasaran yang belum stabil, sehingga dapat disimpulkan, pembudidaya harus lebih giat lagi dalam mengembangkan budidaya rumput laut, serta jangan mudah putus asa dan jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah.
Berdasarkan 9 parameter yang diukur, didapatkan nilai salinitas, suhu, dan oksigen terlarut di setiap titik perairan Lalombi, sesuai untuk budidaya rumput laut. Untuk parameter kecerahan, arus dan pH pada beberapa titik, berada dalam kriteria kurang sesuai, tapi masih layak untuk pertumbuhan rumput laut. Sedangkan kedalaman di beberapa titik, berada pada kriteria tidak sesuai, yang disebabkan oleh tingkat kedalamannya yang dapat mengakibatkan biaya lebih mahal, karena membutuhkan wadah atau material yang banyak untuk budidaya. Nitrat dan Fosfat menjadi parameter yang tidak sesuai disetiap titik, karena rendahnya kandungan nitrat yang dapat memicu cepatnya pertumbuhan Fitoplankton, yang mengakibatakan rendahnya Fosfat, karena pemanfaatan Fosfat oleh Fitoplankton. JEF