PEMILIHAN kepala daerah tinggal menghitung hari. Masyarakat diperhadapkan pada pilihan-pilihan, siapa yang bakal dicoblos di bilik suara 9 Desember 2020 nanti. Para kandidat pun makin gencar kampaye dalam berbagai cara, bentuk, dan saluran.
Entah sudah berapa banyak janji politik terucap. Jika ditelisik, ada janji-janji rasional, ada pula yang tidak masuk akal.
Dari pemilihan ke pemilihan, seringkali pemilih diperhadapkan pada janji-janji politik yang tidak rasional. Namun kadangkala, pemilih tidak memerhatikan janji-janji politik. Pilihan tidak disandarkan pada rasionalitas, tapi suka dan tidak suka. Lucunya pada akhir jabatan, banyak masyarakat menuntut janji-janji yang belum ditepati. Padahal dari awal, janji-janji itu diumbar tidak berdasar nalar.
Pemilih juga sering disuguhkan kandidat yang pada dasarnya tidak kompeten. Pendidikan politik yang tidak berjalan dengan baik, bukan saja melahirkan politisi dan calon pemegang kebijakan yang tidak kompeten, juga membuat pemilih terlena dalam pilihan tanpa berusaha menelusuri rekam jejak kandidat dan mengkritisi program yang ditawarkan.
Kesalahan memilih, sering disadari setelah pemilihan berlangsung. Rakyat pemilih kecewa karena pilihannya tidak sesuai harapan. Ekspektasi berbuah kekecewaan. Olehnya perlu pendidikan politik yang memadai untuk membangun sistem demokrasi. Pemilih harus cerdas dan rasional dalam memilih.
Pun secara moral, para kandidat perlu menyadari janji-janji politiknya selain dipertanggungjawabkan pada rakyat pemilih, juga dipertanggungjawabkan pada Tuhan.
Rasulullah Muhammad SAW dalam hadistnya mengingatkan para pemimpin untuk melayani rakyat dan menepati janjinya. “Abu Ja’la bin Jasar r.a berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Tiada seorang yang diamanati Allah memimpin rakyat, kemudian meninggal ia masih menipu rakyat, melainkan Allah mengharamkan baginya surga”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah SWT secara tegas memerintahkan pada seseorang yang telah berjanji untuk menepati janjinya, sebagaimana firman-Nya, “Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu akan ditanyakan dan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 34).
Dalam ayat yang lain, “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janji dan akadmu.” (QS. Al Maidah: 1)
Bagi orang-orang seperti ini, seyogyanya merenungkan ajaran Rasulullah SAW, yang disampaikan Ummul Mukminin Aisyah r.a, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda di rumahku: Ya allah siapa yang menguasai urusan ummtku, lalu mempersulit mereka, maka persulitlah ia. Dan barangsiapa mengurusi ummatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah urusannya”. (HR. Muslim)
Semoga pemilih tidak terbuai janji manis politik tanpa mempertimbangkan hitung-hitungan akal. Butuh nalar politik yang sehat untuk memilih.
Pun, para politisi menyadari bahwa janji-janji mereka akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan.
Hanya dengan cara itu tidak muncul pemenang karena salah pilhan. ***