PALU, MERCUSUAR – Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu melaksanakan Kuliah Tamu Internasional, Selasa (19/9/2023). Kuliah tamu yang dilaksanakan di Auditorium UIN Datokarama Palu ini, menghadirkan ulama kenamaan Malaysia keturunan Indonesia, Habib Ali Zainal Abidin Alhamid.
Kuliah tamu internasional ini mengangkat tema “Sikap Pemeluk Agama dan Penganut Mahzab dalam Berinteraksi dan Hidup Berdampingan dengan Damai di antara Mereka”.
Rektor UIN Datokarama Palu diwakili oleh Warek Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Dr. H. Kamaruddin, M.Ag, dalam sambutannya mengatakan, tema yang diangkat dalam kuliah tamu internasional ini sangat penting, dan sesuai dengan visi UIN Datokarama untuk menggaungkan konsep moderasi beragama. Pihaknya berharap, semoga dengan kegiatan ini, semakin menguatkan konsep-konsep moderasi beragama antar pemeluk agama dan penganut mahzab juga menghormati perbedaan sebagai sebuah sunatullah.
Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Golkar, Sayyed Muhammad Bin Abu Bakar Alhamid (Muhammad Ali Ridha), yang juga hadir dalam kuliah tamu tersebut, dalam sambutannya menyampaikan, pihaknya mengapresiasi pelaksanaan kuliah tamu internasional ini, sebagai bagian dari upaya menguatkan moderasi beragama. Moderasi beragama sendiri kata Muhammad Ali Ridha, merupakan bagian dari visi Kementerian Agama, yang merupakan mitra kerja Komisi VIII DPR RI. Muhammad Ali Ridha juga mengatakan akan memfasilitasi bantuan kepada UIN Datokarama Palu, lewat Kementerian Agama.
Habib Ali Zainal Abidin Alhamid dalam pemaparannya menyampaikan, penafsiran Alquran sangat banyak dan memiliki banyak perspektif dan bidang kajian masing-masing. Namun kata dia, perlu kehati-hatian dalam menafsirkan Alquran, karena kekeliruan dalam penafsiran ini, akan menimbulkan keburukan dan perselisihan.
Lanjut Habib Ali Zainal Abidin, dibutuhkan jembatan yang menghubungkan orang-orang beragama dan berbeda mahzab, untuk menghormati perbedaan, sebagai bagian dari sunatullah. Namun kata dia ada batasan-batasan dalam bertoleransi dan moderasi beragama, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Perbedaan di antara manusia dan cara berpikirnya, adalah bukti kebesaran dan kekuasaan Allah. Untuk itu, Allah menyuruh kita untuk menggunakan akal dan berpikir, sehingga kita mampu memahami kebesaran dan kekuasaan Allah,” ujarnya.
Perbedaan kata Habib Ali Zainal Abidin Alhamid adalah sesuatu yang wajar. Hal yang tidak wajar kata dia adalah ketika kita tidak dapat menerima perbedaan sebagai sebuah ketentuan dan bukti kebesaran Allah. JEF