TATURA UTARA, MERCUSUAR– Mengantisipasi isu kelangkaan gas bersubsidi (3 Kg) di berbagai wilayah, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi menggelar operasi pasar elpiji bersubsidi, namun dari beberapa kali dilaksanakan operasi pasar, kebutuhan gas yang disediakan selalu tersisa banyak.
Seperti operasi pasar yang digelar di Kelurahan Tatura Utara, tepatnya di kantor kelurahan setempat, Senin (27/8/2018), pihak Pertamina menyediakan sebanyak 560 tabung, namun yang ditukarkan masyarakat hanya mencapai 370 tabung. Ini tentunya berbeda dengan pelaksanaan operasi pasar sebelumnya, dimana kebutuhan gas selalu kekurangan.
“Pembelian elpiji 3 kg dibatasi per konsumen maksimal dua tabung, dengan menunjukkan KTP,” kata Unit Manager Communication & CSR MOR VII, M. Roby Hervindo, Selasa (28/8/2018).
Kurangnya minat masyarakat akan kebutuhan gas elpiji ini, kata Roby tentunya menjadi pertanyaan, apakah gas benar-benar langka di masyarakat atau hanya isu yang sengaja disebar untuk menaikan harga gas di tingkat pengecer.
Roby menjelaskan, kurangnya minat masyarakat akan gas elpiji juga terjadi di wilayah Kecamatan Tinombo, Kabupatan Parmout, ketika pihak Pertamina menggelar operasi pasar selama dua hari di wilayah itu, dari 1.120 tabung gas yang disediakan, namun hanya 289 yang dibeli masyarakat.
Saat ini, lanjut Roby kebutuhan elpiji 3 Kgdi wilayah Kota Palu dipenuhi oleh tujuh agen dan 1.005 pangkalan yang bisa menjangkau delapan kecamatan dan 46 kelurahan. Penyaluran elpiji hingga Juli 2018 sejumlah 7.264 MT (metrik ton) atau 2.421.333 tabung. Adapun kuota yang ditetapkan pemerintah sampai Juli 2018 sejumlah 7.621 MT.
Data BPS Palu menyebutkan jumlah penduduk miskin di Palu sebanyak 26.240 jiwa. Dengan rata-rata penyaluran elpiji 3 Kg bagi masyarakat miskin di Palu per bulan sebanyak 345.904 tabung, maka seharusnya setiap penduduk miskin mendapat jatah 13 tabung elpiji per bulan.
Masyarakat Mampu Tapi Pakai Gas Bersubsidi
Pada operasi pasar yang digelar di Kelurahan Tatura Utara, pihak Pertamina masih menemukan penyalahgunaan elpiji 3 Kg di masyarakat. Dimana masyarakat yang memiliki kemampuan secara ekonomi masih menggunakan gas bersubsidi.
Modus yang mereka gunakan memarkir mobil yang tergolong mobil mewah agak jauh dari lokasi operasi pasar. Kemudian menyuruh, salah seorang penumpang dalam mobil tersebut untuk menukar tabung elpiji. Parahnya ketika dipergoki oleh petugas Pertamina, pemilik kendaraan mewah itu malah marah-marah dan membentak petugas.
“Kami menghimbau kepada masyarakat mampu dan ASN yang masih menggunakan elpiji 3 kg bersubsidi, untuk beralih menggunakan elpiji non subsidi. Mari kita tumbuhkan rasa malu mengambil yang bukan menjadi hak kita. Jika kita termasuk golongan masyarakat mampu (berpenghasilan lebih dari 1,5 juta rupiah per bulan), maka gunakanlah elpiji non subsidi,” ujar Roby. ABS