Simulasi Kesiapsiagaan Bencana, Alat Pendeteksi Bencana Tidak Berfungsi 

Kesiapsiagaan Bencana-663df7cd
SIMULASI - Sejumlah petugas sedang berupaya mengevakuasi korbannyang terjebak di lantai atas sebuah hotel, saat simulasi kesiapsiagaan bencana di Hotel Santika Palu, Selasa (26/4/2022).FOTO:ANDI BESSE/MS

LOLU UTARA, MERCUSUAR – Alarm Early Warning System atau EWS (perangkat pendeteksi bencana) tidak berbunyi saat Kota Palu diguncang gempa bumi dengan magnitudo 7,2 SR, disertai kebakaran di salah satu hotel di Kota Palu, Selasa (26/4/2022) pukul 10.00 wita.

Sontak warga Kota Palu melakukan evakuasi mandiri, begitu pun dengan karyawan dan tamu Hotel Santika Palu. Naas dua orang tamu terjebak kebakaran di lantai 3 Hotel Santika menjadi korban yang terjepit direruntuhan bangunan.

Sesaat kemudian, Badan SAR Nasional (Basarnas), BPBD Palu, Dinas Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Palu hingga Dinas Kesehatan Kota Palu diturunkan untuk melakukan penyelamatan korban terjebak dan satu korban yang terjepit harus dievakuasi menggunakan tandu dan diturunkan dari lantai atas atau dengan teknik penyelamatan Vertikal Rescue.

Kejadian tersebut merupakan simulasi memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana di Kota Palu yang bekerjasama dengan pihak Santika Hotel sebagai lokasi simulasi, rencananya simulasi itu akan digelar tiap tanggal 26 setiap bulannya untuk mengedukasi warga ketika terjadi bencana.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu, Presly Tampubolon mengakui telah terjadi eror system pada EWS yang diharapkan berbunyi, namun ternyata tidak berfungsi, sehingga BPBD akan berkoordinasi dengan Kantor BMKG/ Stasiun Geofisika Kelas I Palu.

“Sebelumnya kita telah lakukan maintenence dan berbunyi namun ketika simulasi berlangsung alat atau alarm tersebut tidak berfungsi, nanti kita akan lakukan koordinasi teknisnya, mungkin terjadi gangguan teknis, namun tidak menjadi hambatan simulasi,”ungkapnya.

Namun Presly menyampaikan, selain mengandalkan bunyi alarm EWS, bencana juga dapat dideteksi dengan pemahaman tanda bencana dan tidak menunggu berapa skala bencananya baru menyelamatkan diri, namun saat terjadi getaran segera lakukan evakuasi mandiri dengan menjauhui bangunan.

Presly mengharapkan bahwa simulasi kesiapsiagaan bencana ini menjadi kebiasaan sehari-hari khususnya bagi masyarakat Kota Palu.

Apalagi tidak bisa dipungkiri, sambungnya Kota Palu mempunyai indeks risiko yang sangat tinggi di hampir semua bencana.

“Kita tidak bisa menurunkan indeks risiko bencana, karena itu alamiah, yang bisa kita perkecil adalah dampaknya dengan ketangguhan infrastruktur dan ketangguhan struktural,” katanya.

 

Penanganan Bencana Bukan Hanya Tugas Pemerintah

Oleh karena itu, kata Presly penanggulangan bencana bukan urusan pemerintah saja, tetapi urusan bersama. Pihaknya mengatakan, simulasi itu akan dilaksanakan di berbagai lokasi mulai dari sekolah, kantor kelurahan dan pusat perdagangan, sehingga nantinya ini menjadi kebiasaan masyarakat.

“Untuk bulan Agutus dan September nanti, kita akan melakukan evakuasi simulasi mandiri secara masif di semua wilayah Kota Palu,”bebernya.

Untuk itu BPBD akan melatih semua elemen dengan melatih perwakilan-perwakilan dari semua komunitas sebagai pioner, sehingga semua kelurahan dan kecamatan, pioner inilah yang akan memandu nantinya ketika terjadi bencana.

“Kita semua punya potensi itu. Kita satukan potensi itu demi keselamatan warga Kota Palu dan bangsa Indonesia pada umumnya,”ajaknya. ABS

Pos terkait