PALU, MERCUSUAR – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulteng, Miyono mengaku kaget dengan perputaran uang yang begitu besar di Kabupaten Morowali. Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran Morowali merupakan kawasan pertambangan dengan sejumlah perusahaan tambang. Ketiadaan pusat perbelanjaan modern di Morowali membuat sebagian warganya berbelanja ke Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara.
Hal tersebut disampaikan Miyono saat bertemu 60 wartawan, dari pimpinan, redaktur, hingga reporter media cetak, elektronik, dan online, di Best Western Plus Coco Palu, Jalan Basuki Rakhmat, Sabtu (14/4/2018).
Diketahui jarak Bungku, ibukota Kabupaten Morowali, dengan Kendari dapat ditempuh selama 7-8 jam dengan mobil. Morowali dengan sejumlah perusahaan tambang saat ini setidaknya memiliki 22 ribu pekerja lokal plus 2.500 tenaga kerja asing. Bukan hanya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, warga Morowali juga lebih memilih menuju Bandara Kendari jika ingin bepergian menggunakan pesawat ke luar daerah.
Miyono mengatakan baru-baru ini ia dihubungi pihak bank di Morowali dan meminta tambahan dana tunai, padahal belum lama ia memasok puluhan miliar untuk kebutuhan dana di daerah tersebut. Menurutnya, uang yang besar di Morowali sepatutnya dapat memberikan manfaat bagi daerah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu memikirkan pembangunan pusat perbelanjaan modern misalnya mall. Selain dapat menarik investasi dan tenaga kerja, adanya pusat perbenjaan di sana membuat warga tidak perlu lagi membeli barang kebutuhan di provinsi tetangga.
Menurutnya, pemerintah daerah memiliki fungsi mendinamisasikan pertumbuhan ekonomi di daerah melalui peran dan kontribusi sektor swasta. Miyono mengaku telah bertemu Karman Karim dan menyarankan bos mall di Sulteng itu untuk membangun mall di Morowali, seperti mall yang ia bangun di Poso, dan dua mall lain di Kota Palu. DAR