Buku Gerak Atlet di Arena Politik Butuh Sentuhan Beberapa Aspek

Bedah Buku KONI-dd1ce01b
Sekretaris PWI Sulteng, Temu Sutrisno menilai Buku Gerakan Atlet di Arena Politik butuh sentuhan beberapa aspek. FOTO:ISSRIN ASSAGAF/MS

PALU, MERCUSUAR –  Bedah buku yang  berjudul Gerak Atlet di Arena Politik yang ditulis DR Humaidi Latif dan  Syamsu Rizal  berlangsung menarik. Dua pelaku sejarah olahraga Sulteng , yakni Hj Andi Rahma Pettalolo dan Sabowi Ahmad dihadirkan langsung di kegiatan ini sebagai penalis  bersama praktisi, Husin Alwi, Sejarawan, Haliadi Hasdi, termasuk tokoh perempuan Mutmainnah Korona, Sahran Raden, dan  mantan aktivis yang saat ini menjabat sebagai sekretaris PWI Sulteng, Temu Sutrisno. 

Buku Gerak Atlet Di Arena Politik sengaja dibedah untuk  membuka cakrawala berpikir serta  mengingatkan  bahwa terbentuknya Provinsi Sulteng tidak hanya melalui jalur politik, tetapi ada peranan olahraga.

Semangat patriot-patriot olahraga dari berbagai daerah di Sulteng pada masa itu, patut menjadi spirit bagi  generasi yang akan datang untuk terus berkontribusi lewat peran masing-masing dalam memajukan daerah ini. Buku Gerak Atlet di Arena Politik selain mengisahkan sejarah terbentuknya Provinsi Sulteng melalui perjuangan di event olaharaga, juga berisi tentang atlet yang telah mengharumkan nama daerah ini.

Meski demikian, Buku Gerak Atlet di Arena Politik yang dibuat untuk  memperingati setahun kepengurusan KONI Sulawesi Tengah di bawah kepemimpinan M Nizar Rahmatu masih belum sempurna. Sebagaimana dikatakan Gubernur Rusdy Mastura. 

“Belum sempurna, tapi kami berterima kasih karena mereka telah mulai (menerbitkan buku) sehingga ada yang kita bedah. Jadi, walaupun belum sempurna tapi Inshaallah (disempurnakan) pada edisi-edisi berikutnya,” ujar gubernur kepada sejumlah wartawan. 

Gubernur kembali menegaskan bahwa olahraga adalah sebuah kebanggaan bagi daerah. “Buat apa orang bertanding di olimpiade kalau hanya buang-buang duit kalau hanya untuk kesehatan, tidak. Itu untuk prestasi, itu kebanggaan dan akan menimbulkan rasa nasionalisme. Olahraga adalah alat perjuangan adanya provinsi Sulawesi Tengah. Jadi, jangan bilang provinsi ini lahir karena tidak ada peranan olahraga.

Sekaitan hal itu, Temu Sutrisno yang hadir sebagai panelis di acara  tersebut, menilai Buku Gerak Atlet di Arena Politik juga belum menyentuh beberapa aspek.

 “Saya tak menemukan secara rinci dalam tulisan, hanya sepintas keterkaitan olahraga dengan politik dalam pembentukan provinsi Sulawesi Tengah. Dalam buku ini juga tak menuliskan proses pembentukan Sulawesi Tengah, misalnya  bagaimana suasana rapatnya, bagaimana keputusan-keputusan rapatnya dalam mempercepat pembentukan Sulawesi Tengah. Ini yang harus diperkaya lagi,” ujar Temu. 

Desain cover buku juga dinilai belum menarik menurut Temu Sutrisno. Menurutnya Buku Gerak Atlet di Arena Politik tak diperkaya dengan gambar-gambar perjuangan orang tua zaman dulu ketika berlaga di PON.  “Buku harus dibaca oleh publik apalagi direkomendasikan untuk sekolah -sekolah. Tulisannya harus lebih mengalir dengan gaya bertutur,” kata dia . 

Masih banyak pelaku sejarah olahraga berprestasi  yang luput dari catatan penulis Buku Gerak Atlet di Arena Politik, salah satunya adalah Tri Putra Toana, atlet Tenis Meja  yang menyumbang medali emas pertama Sulteng di arena Porwanas kedua di Makassar tahun 1985 .Tak hanya itu, di cabor Bilyar Sulteng di event tersebut  juga menyumbang emas dari tangan atlet, Is Bakulu.  CLG

 

Pos terkait