DONGGALA, MERCUSUAR – Announcer atau penyiar dalam sebuah pertandingan sepakbola lebih sering disebut reporter yang bertugas memandu jalannya pertandingan.
Dalam regulasi PSSI hal tersebut tak dibenarkan jika dilakukan dalam stadion atau lapangan. Tapi, akan menjadi halal ketika ocehan-ocehan dari reporter dilakukan di turnamen antar klub amatir atau yang lazim disebut Tarkam.
Sejatinya menjadi reporter harus dibekali dengan pengetahuan tentang profil pemain, klub yang bertanding bahkan harus paham dengan istilah dalam sepakbola, termasuk cara mengolah bahasa ketika memberikan laporan pertandingan. Hal-hal yang demikian masih sedikit yang mahir dilakukan oleh reporter.
Nah, dalam gelaran Liga 3 Asprov PSSI Sulteng di lapangan Murni Labuan Panimba ada yang berbeda ketika announcer sering mendendangkan rangkaian kata mutiara bernada pribahasa seperti “Ambil madunya, Jangan Rusak Sarangnya” . Kemudian, “Sebaik-baiknya Perhiasan adalah Istri yang Saleha”. Ada pula pribahasa,”Bukan Cantik membawa Cinta Tapi Cinta membawa Cantik”.
Kalimat diatas menjadi sebuah style bahasa yang disampaikan Andi Sukur Taslim dalam setiap tugasnya menjadi announcer dimana saja termasuk di Liga 3 Asprov.
Kepada Mercusuar, pria 53 tahun kelahiran Laiba Desa Labuan Lelea ini mengakukata mutiara yang disampaikannya sekedar membuat suasan menjadi cair.
“Menjadi reporter dilapangan itu tidak harus seperti melaporkan pandangan mata seperti kita mendengar radio di zaman dulu. Buat apa kita mengolah kata-kata dengan tempo yang cepat, sementara kita bukan sedang live di radio. Apalagi penonton juga melihat kejadian bersama-sama di lapangan. ,” ujar Andi Sukur.
Menyelipkan kata mutiara dalam melaporkan jalannya pertandingan menjadi ciri khas Andi Sukur dan baru kali ini terjadi di Kota Palu dan sekitarnya. CLG