Oleh: Hj. Mardiati Rosmah, S.Ag.,M.Ag (Kepala Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Kota Palu)
Era digital adalah, sebuah keniscayaan zaman, yang mengubah hampir seluruh tatanan dan sistim di lingkaran sosial, menggiring manusia untuk keluar dari zona analog, menuju zaman lebih moderen, dari ketikan berpita dengan ukuran manual, beralih ke gadget mobile, dengan multifungsi.
Dari alat yang menguras keringat, menuju sistim kerja, berbasis aplikasi, yang memudahkan urusan dan menghasilkan karya yang mentereng, dengan satu sentuhan.
Penyimpanan yang berhitung, dengan kapasitas rak susun, terkunci secara manual, di lemari, menuju sebuah penyimpanan (storage) yang berukuran gigabyte (GB) hingga terabyte (TB), lebih kecil dari lemari kayu bersusun dua, dengan kapasitas melebihi luasnya badan lemari.
Dunia pendidikan pun menerima keniscayaan, di era digital, dari papan tulis berwarna hitam, dengan kapur tulis, bukan hanya mengotori baju, tetapi sering patah, saat guru tengah menjelaskan dengan semangat 45, terkait teori pembelajarannya, hingga kemudian papan putih, yang ditemani sebuah spidol yang non permanen, yang sering kali menjadi penyebab putusnya semangat mengajar, ketika spidol atau boardmakernya kehabisan “bahan bakar” di tengah perjalanan tulisan.
Yang kemudian hadir screen digital, tidak ada kapur tulis, tidak ada boardmaker, cukup sentuhan jari, atau tangan, yang dikenal dengan layar sentuh atau touch screen, satu sentuhan membuka layar lebar, menuju dunia yang lebih terjangkau.
Dulu, dengan kecerdasan guru, menjabarkan teori, lengkap dengan contoh, layaknya pemain drama monolog, dengan imajinasi tinggi, menggugah para siswa untuk “menyamakan” imajinasi, untuk menghayalkan sebuah proses, yang akhirnya, akan memberikan pemahaman para siswa tentang dukungan teorinya.
Ironisnya, kekuatan “daya imajinasi” yang tidak mampu diserap para siswa, mengakibatkan proses-proses itu terputus, membuat siswa harus kehilangan pemahamannya.
Maka kemudian hadirlah screen digital, menjawab keresahan para guru, dan juga kegalauan para murid, tentang “buramnya’’ gambaran imajinasi, tanpa gambar.
Guru mengajar, dengan menyajikan semua proses, dengan sentuhan tangan, memberikan gambaran secara jelas, yang kemudian membuka daya tangkap siswa yang lebih baik, sebab mata, telinga dan daya nalar, “dimanjakan” dengan sajian video, lengkap dengan audio yang keluar dari sound sistim yang “hidup”.
“Kombinasi antara kecerdasan dan kemampuan teknologi, menciptakan kekuatan luar biasa, dalam menciptakan perubahan,” Alan Turing, Mathematician and Father of Computer Science.
Berangkat dari motivasi dari Alan Turing, MAN IC Kota Palu, menjadi bagian kecil, dari sebuah lembaga pendidikan, yang sudah siap menerima era digital. Dengan langkah awal, membentuk mindset atau pola pikir para tenaga pendidik, tentang dinamika yang hadir di era serba digital, sehingga melahirkan tenaga pendidik yang melek teknologi, mahir dan tidak berfikiran tertutup, dalam mengelola kelasnya.
Hadirnya screen digital, “memanjakan” semua civitas akademika, dengan fasilitas yang menjawab kebutuhan, sekali sentuh, sehingga proses pembelajaran lebih mudah, lebih imajinatif, menggugah daya nalar para siswa, dengan perjalanan cerita, yang tersaji di potongan-potongan gambar.
Tidak lagi mempersiapkan materi pembelajaran, yang menyita waktu, tidak lagi menyusun rangkaian rumit, dengan narasi yang panjang dan membingungkan. Cukup mengolah aplikasi, menyusun materi pembelajaran, dengan dukungan gambar bergerak, maupun foto, bahkan mengambil file yang lebih dinamis dan lengkap, untuk mendukung materi yang akan disajikan.
Narasi lebih singkat, padat dan sangat dipahami murid, menarik dan menghibur, Suasana kelas akan lebih fokus, karena mereka bukan hanya sekedar belajar, tetapi menyaksikan “atraksi” edukatif, membawa mereka ke sebuah dunia yang lebih “hidup”.
Para guru pun, lebih tenang menyiapkan materi pembelajarannya, bukan hanya soal waktu, tetapi juga bahan materinya, yang lebih gampang didapat, dengan dukungan aplikasi, serta tidak lagi, harus memikirkan infocus dan laptop, untuk menyajikannya di hadapan murid, sehingga arena kelas, menjadi sebuah ruang untuk “nonton bareng”. Dengan pendekatan pembelajaran yang efektif aman, nyaman dan menyenangkan.
Tentu dengan harapan akselerasi percepatan materi pembelajaran dan daya serap pemahaman siswa siswi terhadap materi pelajaran dapat dimaksimalkan.***
Media Pembelajaran Berbasis Digital, Kemudahan dalam Pemenuhan Kebutuhan
