Nelayan di Parmout Takut Melaut

FOTO NELAYAN PARMOIT

PARIMO MERCUSUAR – Cuaca di Kabupaten Parigi Moutong (Parmout), Sulteng, yang sering mengalami perubahan secara dratis, yakni tiba-tiba hujan dan reda, kemudian hujan lagi disertai angin kencang dan kilat, meyebabkan nelayan wilayah itu khususnya di Kecamatan Ampibabo takut turun melaut.

Hal itu diungkapkan Bakir (45) nelayan asal Desa Ampibabo Timur, Kecamatan Ampibabo, Minggu (13/9/2020).

menurutnya, ia sudah tiga bulan terakhir tidak pernah turun melaut. karena cuaca tidak bersahabat. Cuaca ekstrem tersebut terasa lebih ekstrem dari biasanya, serta baru pertama ini.

“Kalau sebelum-sebelumnya turun melaut saya hanya pakai aplikasi fishing point untuk membaca aktifitas ikan, pergerakan ombak, keadaan angin dan cuaca. Tapi sekarang aplikasi itu tidak berfungsi lagi dengan keadaan sekarang,” jelas Bakir.

Kondisi itu, juga dikeluhkan oleh yang lain, baik yang berprofesi nelayan seperti dirinya sampai pecinta memancing. “Kebetulan saya berteman dengan berbagai profesi nelayan di grup WhatsApp dan mereka mengeluhkan yang sama. Cuaca sekarang sulit diprediksi tidak seperti dulu,” tuturnya.

Saat di tengah laut, sambung Bakir, terkadang dikagetkan dengan perubahan ombak dan angin. Cuaca cerah, tiba-tiba angin kencang datang dari arah belakang.

“Yang menyelamatkan kami kalau tiba-tiba cuaca berubah di lautan pasi (terumbu karang) yang berada di tengah lautan. Kalau ada ombak tidak sampai di pasi. Jadi kami berkumpul di situ, tunggu cuaca reda. Biasanya kalau mau ke darat butuh 20 menit,” terang dia.

Bakir mengaku sudah menggunakan aplikasi tersebut selama enam tahun, namun baru kali aplikasi ini tersebut tidak dapat diandalkan lagi akibat cuaca ekstrim.  “Kalau dulu biar tidak pakai aplikasi kita bisa lihat tanda-tanda cuaca dari pohon kelapa, ketinggian gunung tower. Tapi sekarang jangankan melihat tanda-tanda itu, teknologi juga tidak bisa membacanya,”ujar dia.

Bakir juga mengungkapkan alasan lain ia tidak lagi melaut, yakni perahu miliknya rusak karena terjangan ombak.

Sementara Didi (38), warga Desa Ampibabo Timur yang memiliki hobi memancing juga mengungkapkan demikian.

Menurutnya, cuaca yang terus buruk dan sulit diprediksi membuat dirinya, takut turun melaut.

“Cuacanya ekstrim sekali. Saya tidak berani turun,”katanya, baru-baru ini.

Hal senada dikatakan Masin (62) nelayan rompong asal Desa Ampibabo Timur. Pria yang sudah melaut sejak tahun 70-an itu mengungkapkan bahwa perubahan laut sejak dulu dan sekarang sangat jauh berbeda.

“Sekarang cuacanya lebih parah dari yang dulu. Terutama malam hari,”kata Masin.

Meski mengaku keadaan cuaca saat ini paling tidak bersahabat dibanding dahulu, ia harus tetap menjaga rompongnya di tengah lautan agar keluarganya tetap bisa makan.

“Mau diapa? Saya tidak punya pilihan lain. Yang penting ada pembeli beras kita,” tutup dia. INT

Pos terkait