Sudah sepekan kejadian banjir di lokasi wisata Air Terjun Wera, menyebabkan 2 korban jiwa serta 1 lainnya hilang. Para siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 (MAN 2) Kota Palu menggelar yasinan dan doa tahlil bersama, untuk mendoakan rekan-rekannya tersebut.
IMAM EL ABRAR – WARTAWAN MERCUSUAR
Sebagaimana hari-hari sebelumnya, Masjid Al-Ikhlas kompleks MAN 2 Kota Palu diramaikan jemaah yang akan melaksanakan salat zuhur berjemaah. Namun, pada Senin (4/3/2024), ada yang berbeda. Ratusan jemaah yang terdiri atas para peserta didik, guru, tenaga pendidik, serta Kepala MAN 2 Kota Palu, H. Muh. Syamsu Nursi tidak segera beranjak usai melantunkan zikir dan doa.
Rupanya, ada agenda tambahan pada siang itu. Seluruh jemaah bersiap untuk melaksanakan yasinan dan doa tahlil bersama, atas kepulangan tiga orang peserta didik MAN 2 Kota Palu, yang menjadi korban banjir di lokasi wisata air terjun Wera di Desa Balumpewa Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi, pada Senin (26/2/2024), tepat sepekan sebelumnya.
Secara khidmat, seluruh jemaah dipimpin seorang pemuka agama, melantunkan surat Yasin menggunakan mushaf Al-Qur’an atau gawai masing-masing, dilanjutkan tahlilan bersama. Sesekali, beberapa siswa menyeka air mata di tengah lantunan doa.
Ketiga korban yang didoakan, masing-masing Ma’nadila, Nurhidayat, dan Muhajirin tercatat sebagai siswa kelas XII IPS 2. Dua nama pertama telah dipastikan meninggal dunia dan jasadnya telah ditemukan. Sementara satu lainnya belum ditemukan meskipun upaya pencarian telah dihentikan pada Minggu (3/3/2024).
Kepala MAN 2 Kota Palu, H. Syamsu Nursi menjelaskan, yasinan dan doa tahlil bersama tersebut dilaksanakan atas inisiatif para peserta didik, yang dikoordinasikan bersama pihak madrasah. Para siswa kelas XII dijadwalkan mengikuti ujian akhir mulai hari itu.
“Kami sangat berduka atas kejadian itu. Kami bersaksi, mereka semua merupakan anak-anak yang baik,” kata Syamsu.
Pada kesempatan itu, Syamsu juga mengajak seluruh warga MAN 2 Kota Palu, untuk bersama-sama mendoakan kebaikan bagi seluruh korban, serta mendoakan agar kondisi Muhajirin dapat segera dipastikan.
“Kita doakan, apapun kondisinya, anak kami atas nama Muhajirin dapat segera ditemukan. Meskipun pencarian sudah resmi dihentikan,” tutur Syamsu.
Yasinan dan doa tahlil bersama tersebut, ditutup dengan tausyiah oleh pemuka agama. Dalam tausyiah, seluruh jemaah diingatkan untuk mengingat ajal sebagai kepastian yang dapat datang kapan saja, tanpa memandang usia. Selain itu, jemaah juga diingatkan untuk selalu mendoakan kebaikan kepada keluarga atau sahabat yang telah lebih dulu meninggal dunia.
Syamsu menceritakan, ketiga korban bersama sejumlah siswa kelas XII IPS 2 lainnya, melakukan perjalanan wisata secara mandiri, di luar jadwal kegiatan madrasah. Seluruh siswa tersebut, bahkan terlebih dahulu telah sampai ke rumah masing-masing, lalu mengagendakan perjalanan wisata ke Air Terjun Wera. Nahas, hujan di sore itu membuat debit air meningkat, arus kemudian berubah semakin deras.
Syamsu juga mengenang pagi hari sebelum kejadian, usai upacara bendera, para siswa kelas XII secara khusus meminta kepada seluruh jajaran Madrasah, mulai dari Kepala Madrasah hingga para guru dan tenaga kependidikan, berjejer disalami seluruh siswa kelas XII. Hal itu dilakukan, karena momen pada hari itu, merupakan upacara bendera terakhir, sebelum seluruhnya dinyatakan tamat mengikuti pendidikan di MAN 2 Kota Palu.
“Tiba-tiba mereka berinisiatif untuk menyalami seluruh guru. Itu baru pertama kalinya terjadi, tidak pernah sebelumnya. Ini seolah-olah menjadi pertanda, ada dari mereka yang ternyata berpamitan selama-lamanya,” ujar Syamsu.
Ia menyebutkan, pihak madrasah selalu berkomunikasi dan memberikan dukungan kepada keluarga para korban, meskipun proses pencarian korban terakhir secara resmi telah dihentikan. ***