Praka Sufrianto, salah seorang dari ratusan anggota Batalion 711/Rks yang ditugaskan mengamankan perbatasan Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Penugasan ini, tidak lain untuk misi perdamaian. Tentu, hal ini sudah menjadi tanggung jawab sebagai aparat yang menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Meniggalkan sanak saudara dan keluarga menjadi resiko tersendiri bagi prajurit. Hal inilah yang dialami oleh Praka Sufrianto. Ia harus meninggalkan istrinya yang sedang hamil sembilan bulan. Tentu, kelahiran putra pertama mereka, lahir tanpa dihadiri sang ayah.
Intan, istri dari Praka Sufrianto mengaku, ini bukan kali pertama ditinggalkan demi tugas negara. Sebelumnya, sang suami juga pernah bertugas di Papua. Kala itu, Intan juga sedang hamil besar.
“Ini resiko sebagai istri prajurit. Siap menerima apapun yang menimpa suami. Saya hanya bisa berdoa, agar pergi dan pulang dalam keadaan sehat. Selalu dalam lindungan Allah SWT,”ungkap Intan diiringi isak tangis.
Sebelum berangkat, Praka Sufrianto memeluk sang istri erat-erat. Ia juga mencium perut dan dahi sang istri tercinta.
Pengiriman ratusan TNI AD ke perbatasan Maluku dan Maluku Utara untuk meredam adanya berbagai konflik. Konflik horizontal di Maluku dan Maluku Utara pada periode tahun 1999 – 2004 masih menyisakan beberapa kerawanan, antara lain berupa munculnya kelompok-kelompok radikal. IKI