LERE, MERCUSUAR – Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (HMJ SPI), Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUAD), Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menggelar kegiatan kajian sejarah di Laboratorium Terpadu Kampus I UIN Datokarama Palu, Selasa (6/5/2025).
Kegiatan ini mengangkat tema “Mengelola Negeri Seribu Megalit: Antara Riset, Pariwisata, dan Pelestarian Cagar Budaya”, dengan menghadirkan Jamrin Abubakar, seorang pemerhati budaya lokal, sebagai pemateri.
Acara dihadiri oleh Ketua Jurusan SPI, Mohammad Sairin, S.Pd., M.A, Sekretaris Jurusan Rizka Fadliah Nur, S.Pd., M.Pd, serta para pengurus dan anggota HMJ SPI.
Dalam pemaparannya, Jamrin menjelaskan bahwa istilah megalit berasal dari bahasa Yunani, yakni “mega” (besar) dan “lithos” (batu), yang merujuk pada batu besar yang telah diolah atau dibentuk oleh manusia pada masa lampau.
“Secara resmi, Negeri Seribu Megalit sebenarnya merujuk pada Sumatra Selatan yang telah memiliki pengakuan dan sertifikasi nasional. Namun, Sulawesi Tengah juga layak menyandang sebutan tersebut karena memiliki lebih dari seribu megalit yang tersebar di berbagai wilayah,” ungkap Jamrin.
Ia juga menyinggung keberadaan megalit di wilayah Lembah Palu dan Lembah Behoa (Besoa), yang merupakan bagian dari kawasan Situs Megalitikum Lore Lindu. Beberapa lokasi yang disebut di antaranya adalah Desa Vatunonju di sebelah barat, Desa Kulawi di sebelah timur, dan kawasan Lembah Behoa yang memiliki konsentrasi megalit terbanyak.
“Jenis-jenis megalit pun beragam, mulai dari patung manusia, batu berdiri biasa, hingga lumpang batu yang dahulu digunakan dalam aktivitas kehidupan masyarakat,” tambahnya.
Ketua HMJ SPI dalam sambutannya berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian mahasiswa terhadap pentingnya sejarah serta pelestarian warisan budaya. Ia juga menekankan bahwa belajar sejarah bukan hanya penting secara akademis, tetapi juga sebagai bentuk kebanggaan dan tanggung jawab generasi muda terhadap identitas bangsa.
“Indonesia adalah negara yang lahir karena sejarah, dan kaya akan peninggalan masa lalu. Kita sebagai mahasiswa sejarah harus menjadi garda depan dalam menjaga dan melestarikannya,” tutupnya. JEF