Pembangunan Ekstraktif Tidak Lagi Relevan

Ketua LTKL, Mohamad Rizal Intjenae, hadir secara virtual pada kegiatan Business Forum, yang dilaksanakan di Osaka, Jepang, Jumat (3/10/2025). FOTO: DOK. PROKOPIM PEMKAB SIGI

SIGI, MERCUSUAR – Bupati Sigi yang juga Ketua Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Mohamad Rizal Intjenae hadir secara virtual memaparkan investasi dan ekonomi restoratif, pada kegiatan Business Forum bertajuk “Investing in Sustainable District Landscape: Scaling Indonesia’s Restorative Economy” yang merupakan rangkaian dari World Expo 2025 di Osaka, Jepang, Jumat (3/10/2025).

Kegiatan tersebut mempertemukan berbagai pemangku kepentingan mulai dari perwakilan pemerintah pusat dan daerah, mitra pembangunan, akademisi, pelaku usaha, organisasi masyarakat sipil, hingga komunitas internasional, untuk membahas peluang investasi berbasis keberlanjutan dalam mendorong transformasi ekonomi restoratif khususnya di wilayah Jepang dan Indonesia.

Dalam forum internasional yang bertema “Dari Krisis Menuju Aksi Sinergi: Transformasi Ketahanan Kabupaten Lestari”, Rizal menyampaikan sejumlah hal terkait tantangan, peluang, serta arah pembangunan berkelanjutan di tingkat kabupaten.

Di hadapan para pengunjung World Expo, ia menguraikan bahwa Kabupaten Sigi, seperti banyak daerah lain di Indonesia, telah menghadapi tantangan besar berupa bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir, longsor, hingga kebakaran hutan dan lahan. Gempa bumi tahun 2018 mengakibatkan likuefaksi menjadi pengingat tentang kerentanan wilayah.

Namun di sisi lain, lanjutnya, Sigi juga memiliki lanskap unik, di mana sekitar 70 persen wilayahnya merupakan kawasan hutan, termasuk Taman Nasional Lore Lindu, yang menjadi modal berharga untuk pembangunan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Rizal menegaskan, pola pembangunan lama yang bersifat ekstraktif dan berorientasi jangka pendek tidak lagi relevan.

“Melalui Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), berbagai kabupaten berkomitmen melakukan transformasi menuju pembangunan yang berfokus pada ekologi, kesejahteraan masyarakat, dan ekonomi lokal yang tangguh,” ujarnya.

Menurutnya, transformasi tersebut dilakukan dengan mengubah pendekatan pembangunan dari yang berorientasi pada proyek semata, menuju pembangunan ekosistem berkelanjutan, serta mengedepankan kolaborasi multipihak setara.

Lebih lanjut, Rizal mencontohkan inisiatif pembangunan ekosistem ekonomi restoratif berbasis lanskap yang kini tengah dikembangkan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Sigi.

“Sigi mendorong penguatan agrobisnis untuk mendukung ketahanan pangan sekaligus mengurangi risiko bencana,” terangnya.

Sementara kabupaten lain seperti Siak dan Kalimantan Barat mengembangkan model perlindungan lahan gambut serta ekonomi berbasis sungai dan hutan.

Melalui forum tersebut , Rizal juga mengajak para mitra nasional maupun internasional untuk turut mendukung transformasi tersebut melalui investasi jangka panjang, riset dan transfer teknologi, serta dukungan pasar bagi produk dan usaha lokal.

“Daerah tidak bisa berjalan sendiri. Kami butuh kemitraan yang saling menghargai, saling menguatkan, dan berpihak pada keberlanjutan. Mari bersama-sama kita wujudkan kabupaten yang lestari, tangguh, dan berdaya, demi alam yang terjaga, masyarakat yang sejahtera, dan ekonomi lokal yang berkelanjutan,” tandas Rizal. */AJI

Pos terkait